Sifat-Sifat Wanita Yang Buruk - Kitab Tuhfatul Arus - Mahmud Mahdi Al Istanbuly

Lisan adalah buah dari ucapan hati dan pikiran. Ada seseorang yang hanya membatin namun ada yang mengatakan dengan kata-kata dan yang mewujudkan dalam perbuatan.

Share :
Sifat-Sifat Wanita Yang Buruk - Kitab Tuhfatul Arus - Mahmud Mahdi Al Istanbuly
Artikel

Oleh : Hj. Sumayyah Ba'abduh, Lc

 

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Menurut ‘Umar Ibnul Khatab, ada 3 (tiga) macam bencana yang menimpa seseorang: 
1. Tetangga tetapi menjadi musuh 
2. Seorang istri yang buruk akhalqnya. 
3. Penguasa yang zhalim.

Tetangga yang menjadi musuh adalah bencana. Tetangga yang buruk akan selalu menyembunyikan hal-hal baik yang dimiliki seseorang dan dengan mudah menyebarkan aib dan keburukannya. Hal ini mengisyaratkan pentingnya tetangga atau lingkungan.

Maka sebagian ulama mementingkan ikhtiyar al-jar qabla ad-dar, untuk memilih tetangga sebelum menentukan memilih rumah. Melihat keadaan lingkungan yang baik sebelum memutuskan untuk tinggal di satu tempat. Membeli lingkungan lebih dahulu sebelum membeli rumah. Karena lingkungan akan memiliki pengaruh terhadap kepribadiaan seseorang.

Diantara pertimbangan untuk melihat lingkungan adalah: 
1. Apakah terdapat masjid. 
2. Apakah warganya pergi ke masjid. 
3. Apakah ditegakkan amru bil-ma’ruf wa nahyu ‘anil munkar, saling tolong menolong dalam kebaikan.

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Hati-hati dengan tanaman yang bagus yang tumbuh ditanah berpuing. Kemudian Nabi ditanya: apakah tanaman bagus di tanah berpuing? Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : perempuan baik yang tumbuh di lingkungan yang buruk.

Istri yang buruk, menurut ‘Umar ketika berada disamping suaminya menyakiti dengan mencela dengan lisannya dan menyebut-nyebut keburukan suaminya dan ketika ditinggalkan tidak menimbulkan rasa aman, apakah dapat menjaga dirinya atau harta yang dititipkan suaminya.

Ketika seorang perempuan mencela suaminya dengan menyebut keburukannya, Nabi mengingatkan para perempuan untuk banyak bersedekah. Karena Nabi melihat perempuan menjadi mayoritas penghuni neraka. Karena perempuan banyak melaknat dan kufur kepada suami, tidak pandai bersyukur. Sebagaimana dalam hadis:
Artinya : “Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiallahu anhu ia berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar waktu Idul Adha atau Idul Fitri ke tempat shalat lalu beliau melewati para wanita. Lantas beliau bersabda, "Wahai para wanita, bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah mayoritas penghuni neraka. Mereka bertanya, "Kenapa wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Kalian banyak mengumpat dan mengingkari suami” (Hadis Shahih Muttafaq ‘alaihi).

Lisan adalah buah dari ucapan hati dan pikiran. Ada seseorang yang hanya membatin namun ada yang mengatakan dengan kata-kata dan yang mewujudkan dalam perbuatan.

Sebuah syair menyebutkan:

Artinya : “Ucapan itu sesungguhnya ada di dalam hati, lisan dibuat untuk menunjukkan apa yang ada di dalam hati” .

Kata-kata yang keluar dari lisan adalah petunjuk apa yang ada dalam hati. Bila hati dipenuhi oleh kebencian maka kata-kata yang keluar dari lisan akan penuh dengan kebencian.

Bila hati dipenuhi dengan cinta maka kata-kata yang keluar dari lisan akan penuh dengan cinta. Hati dan lisan saling terkait. Keistiqamahan keimanan seseorang dikaitkan dengan keistiqamahan hati dan lisannya.

Dalam sebuah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Artinya : “Tidaklah istiqomah iman seorang hamba sampai istiqomah hatinya, dan tidaklah istiqomah hatinya sampai istiqomah lisannya” (HR. Imam Ahmad).

Jika seorang istri tidak memenuhi hak-hak tersebut atau durhaka kepada suami, maka ia mendapatkan ancaman dari Allah ta’ala lewat lisan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :

Artinya : “Ada dua orang yang shalatnya tidak melampaui kepalanya: budak yang lari dari majikannya sampai ia kembali, dan wanita yang durhaka kepada suaminya sampai ia mau rujuk (taubat)” (HR. Ath-Thabraniy dan Al-Hakim).

Dalam hadis ini disebutkan dua golongan orang yang shalatnya tidak melampaui kepala mereka, maksudnya tidak diterima oleh Allah subhanahu wata'ala, yaitu seorang budak yang lari dari tuannya dan seorang istri durhaka kepada suaminya (lari dari suaminya) sampai pulang kepada suaminya. Sebaik apapun ibadah seorang perempuan, apabila dia durhaka kepada suaminya maka yang demikian tidak bermanfaat sedikitpun bagi dirinya.

Ketika disampaikan sifat wanita yang buruk dan baik dalam kajian ini, bagi para suami agar tidak bercermin langsung kepada istrinya dan menyimpulkan bahwa istrinya adalah perempuan yang buruk. Namun hal ini untuk menjadi intropeksi agar bisa menjalankan perannya dalam mendidik dan memperbaikinya.

Untuk para istri, hal ini juga sebagai bahan evaluasi dan intropeksi, meskipun rasanya pedas dan sulit diterima sebagai kebenaran.

Ilmu diperoleh dengan belajar, sifat kasih kasih sayang diperoleh dengan membiasakan diri dan sifat kesabaran diperoleh dengan selalu menyabarkan diri.

Hal ini  sesuai dengan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari riwawat Abu Hurairah:

إنَّما العلمُ، و إِنَّما الحِلْمُ بِا التَّحَلُّمِ، ومَنْ يَتَحَرَّ الخَيْرَ يُعْطَهُ، ومَن يَتَّقِ الشَّرَّ يُوقَهُ.

Artinya : “Ilmu hanya didapatkan dengan belajar dan hilm (kesabaran dan ketenangan) hanya didapatkan dengan melatih diri. Barangsiapa yang berusaha mendapatkan kebaikan, maka Allah akan memberikannya dan barangsiapa yang berusaha menghindari keburukan, maka Allah akan menjauhkannya” (HR. Ath-Thabraniy dan Al-Hakim). (BUT/ Redaksi Mimbar Jumat)
 

Tags :

Related Posts: