Hikmah: Keutamaan Silaturahim

“Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan ditambah umurnya, maka hendaklah menjalin silaturrahim” (HR Bukhari).

Share :
Hikmah: Keutamaan Silaturahim
Artikel

Oleh : H. Budi Firmansyah, MM


Jakarta,www.istiqlal.or.id - Hari Raya Idul Fitri merupakan momentum untuk saling memaafkan dan meningkatkan silaturahim dengan mendatangi orang tua dan sanak saudara serta tetangga dekat, karena hubungan antara manusia harus tetap terjaga setelah Allah subhanahu wata'ala perintahkan untuk bertaqwa dan juga memiliki rasa kasih sayang, sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala di dalam Qur'an Surat An-Nisa ayat 1 : 

Artinya : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. 

Silaturahim merupakan perintah Allah subhanahu wata'ala, sejalan dengan ibadah Puasa di bulan Ramadhan yang tujuannya agar manusia bertaqwa maka ketaqwaan yang telah dibangun dibulan Ramadhan agar diiringi dengan memelihara hubungan silaturahim. 

Ada beberapa hal yang dilakukan agar terpeliharanya silaturahim : 

1. Musafaha (Bersalam-salaman) 

Hamba Allah subhanahu wata'ala ketika memiliki dosa dan kesalahan kepada sesame manusia tidak bisa gugur dosanya dengan beristighfar tetapi harus meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti atau dizhalimi, maka upaya untuk ishlah dan saling bermusafaha/bersalam-salaman merupakan cara untuk tetap terpelihara hubungan persaudaraan diantar umat Islam. 

Karena Nabi dalam sabdanya menyatakan bahwa diantara umatnya yang bertemu lalu saling bersalam-salam maka gugur dosa diantara keduanya. 

2. Membuka Pintu Maaf 

Sikap memberi maaf merupakan perbuatan yang mulia, karena meminta maaf sangatlah mudah tetapi memberi maaf terkadang tidak semudah membalikan telapak tangan. 

Pribadi yang brtaqwa cirinya adalah memberi maaf seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam meskipun di dzolimi dan di hina tetap mecerminkan akhlaq yang mulia dengan memberi maaf kepada musuhnya. 

Sikap pemaaf juga merupakan bagian dari mencontoh sifat-sifat ilahiyah yang dimana Allah subhanahu wata'ala suka memafkan hamba yang memohon ampunan-Nya. 

3. Menjalin Komunikasi Humanis 

Komunikasi intensif antara manusia dapat meminimalisir hubungan yang tidak baik antara keduanya, karena membangun komunikasi dapat menumbuhkan kedekatan sambung rasa dan hati serta menghindarkan dari sifat kecurigaan, sifat saling membenci. 

Komunikasi yang baik akan melahirkan nilai-nilai luhur didalam prinsip silaturahim. Dengan terpeliharanya silaturahim, maka umat Islam akan mendapatkan keutamaan yang telah dijanjikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana didalam hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ; 

Artinya : “Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan ditambah umurnya, maka hendaklah menjalin silaturrahim” (HR Bukhari). 

Silaturahim akan melapangkan rizki karena bertambahnya saudara dan saling bertemu akan datang rizki baik materi maupun imateri, bahkan tidak hanya rezeki tetapi akan dipanjangkan umurnya bisa yang dimaksud adalah panjang umur secara hakiki atau selalu namanya dikenang sepanjang masa. 

Silaturahim juga merupakan jalan menuju surga sebagaimana nabi menyatakan dalam sabdanya: "Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat" (HR. Ibnu Majah). 

Bahkan dengan silaturahim kelak kita akan mendapat naungan Allah di Arasy saat hari kiamat. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Ada tiga orang yang mendapat naungan Arasy pada hari kiamat; orang yang menjaga silaturahim, seorang istri yang ditinggal mati suaminya kemudian membesarkan anak-anak yatimnya sampai Allah mencukupi mereka atau sampai mereka wafat, dan orang yang membuat makanan kemudian mengajak anak yatim dan orang miskin untuk makan. (FAJR/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Tags :

Related Posts: