Khutbah Jumat: Pendidikan Ideal Generasi Bangsa (QS Al-Hujurat Ayat 13)

jika di kemudian hari bangsa ini menjadi maju pesat, maka tetap sebagai bangsa yang beragama dengan baik, sebagai bangsa yang tetap kokoh berketuhanan yang maha esa, sebagai bangsa yang tetap pancasialis!

Share :
Khutbah Jumat: Pendidikan Ideal Generasi Bangsa (QS Al-Hujurat Ayat 13)
Berita

(Intisari Khutbah Jum’at, 24 Syawwal 1445 H / 03 Mei 2024 M)

Oleh : Dr. KH. M. Saad Ibrahim, MA (Ketua PP Muhammadiyah)

 

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Para jamaah yang dimuliakan Allah! Melalui mimbar ini diserukan kepada kita semua agar bertaqwa kepada Allah, melaksanakan perintahNya, meninggalkan laranganNya. Salah satu perintahnya adalah agar kita membaca, memahami, merenungkan dan mengambil 'ibrah, mengambil pelajaran dari ayat-ayatNya. Salah satu ayatNya di al-Qur'an surat al-Hujurat ayat 13. Allah subhanahu wata'ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti." (QS. Al-Ḥujurāt [49]:13)

Kalimat yang digunakan oleh al-Quran selalu bersifat "baligh". Artinya kalimatnya ringkas, tetapi muatannya amat luas, tidak akan pernah habis digali. Oleh karena itu selalu bermunculan para mufassir baru. Tentang ayat 13 Surat alHujurat ini pun memiliki muatan yang amat luas. Antara lain, ayat ini punya dimensi pendidikan ideal bagi generasi bangsa, termasuk untuk bangsa kita.

Muatan utama ayat ini berupa pendidikan ketaqwaan, kemudian atau bahkan secara bersamaan memuat juga pendidikan kebangsaan.

Para jamaah yang dimuliakan Allah! Dalam kaitan dengan pendidikan ketaqwaan, beberapa waktu yg lampau diperkenalkan  istilah "imtaq" - iman dan taqwa.  Juga "iptek", yakni ilmu pengetahuan dan teknologi.

Hebatnya pendidikan yg memadukan antara imtaq dan iptek, pernah melahirkan peradaban yg dikenal dg istilah the golden age of moslem history, yang berlangsung mulai abad ke-3 sampai dengan ke-8, bahkan ada yg menyebut sampai dengan abad ke-11 Hijriyah. Tentu ketika itu peradaban maju tersebut belum menjangkau bangsa kita.

Para jamaah yang dimuliakan Allah! Pendidikan ketaqwaan tentu saja berbasis pada pendidikan keagamaan. Dalam hal ini, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan :



Artinya : “Barangsiapa Allah kehendaki menjadi baik, Allah berikan kepadanya pemahaman mendalam terhadap agama, terhadap Islam” .

Mereka yang Allah berikan pemahaman mendalam terhadap Islam disebut 'ulama. Menariknya dalam ayat 27, 28, 29, dan 30 surat Fathir, disebut secara tidak langsung indikator-indikator dari ulama, antara lain memahami fenomena alam, fenomena sosial, nushush, dan konsisten membangun hubungan dengan Allah dan berpartisipasi aktif positif dalam kehidupan sesama.

Mereka inilah yang  oleh Allah di ayat 28 surat Fathir tersebut diungkapkan dengan :

Artinya : “Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah dari para hambaNya hanyalah ulama”.

Oleh karena itu pendidikan yang ideal bagi generasi bangsa ini adalah pendidikan dengan memulai dan memprioritaskan pendidikan agama, pendidikan ketaqwaan. Setelah atau berbarengan dengan itu juga diberikan pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi.  

Dengan demikian jika di kemudian hari bangsa ini menjadi maju pesat,  maka tetap sebagai bangsa yang beragama dengan baik, sebagai bangsa yang tetap kokoh berketuhanan yang maha esa, sebagai bangsa yang tetap pancasialis! Dengan imtaq dan iptek kita yakin bangsa ini nanti tidak saja maju pesat, tapi juga mulia di sisi Allah!

Para jama'ah yang dimuliakan Allah! 
Dimensi pendidikan kebangsaan dari ayat 13 surat al-Hujurat tersebut bisa digali dari ungkapan syu'uban wa qabail yang diarahkan untuk saling kenal mengenal.

Ungkapan lata'aa rofuu "agar kalian saling kenal mengenal"  bermakna antara lain :

1. Islam memandang manusia secara positivistik, yakni pada dasarnya manusia itu baik, karena lahir dalam keadaan fithrah: cenderung kuat untuk mengakui adanya Allah, berpihak pada kebenaran, kebaikan, keindahan, dan bahkan kemerduan.

Jika tidak ada pandangan positivistik ini, tidak ada gunanya ta'aruf dengan sesama. Sebab yang terjadi kemudian adalah permusuhan: "homo humini lupus", manusia adalah serigala bagi sesama.

2. Pentingnya mengambil pelajaran bahwa masing-masing memiliki  kelebihan dan kekurangan.

3. Keniscayaan untuk saling mengambil pelajaran dari kelebihan dan kekurangan masing-masing,  demi capaian kesempurnaan semuanya.

4. Masing-masing pada posisi yang sama, termasuk sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan sama-sama diciptakan oleh Allah. 
5. Adanya keharusan untuk saling menghormati, saling mendengar, saling menasehati, saling memberikan kebaikan, saling bersaudara sebagai sama-sama keturunan Adam dan Hawwa, saling membangun kerukunan dan kedamaian.

6. Segala bentuk eksploitasi, penjajahan, kelaliman terhadap sesama amat bertentangan dengan ajaran ini.

7. Ta'aruf merupakan bagian utama hablun min al-nas, sekaligus tangga penting untuk memperkokoh hablun min Allah,  untuk memperkuat ma'rifatullah:  
Artinya : “Barang siapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Allah”.

Mengenal diri, tentu juga mencakup mengenal sesama. Poin-poin penting yg terkandung dalam ungkapan   lata'aa rofuu   tersebut amat penting untuk kita jadikan materi pendidikan kebangsaan.

Tentu diawali dengan pendidikan ketaqwaan, kemudian atau berbarengan dengan pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Janji Allah tentang ini tercantum di Qur'an surat Mujadalah ayat 11 berikut :

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujādalah [58]:11)

Janji tersebut berlaku juga untuk bangsa ini, tentu jika sukses menunaikan pendidikan ketaqwaan, ilmu pengetahuan, dan kebangsaan.

Para Jamaah yang dimuliakan Allah! Simpulan dari khuthbah ini adalah bangsa ini akan dimuliakan dan ditinggikan martabatnya oleh Allah jika generasinya mendapatkan pendidikan agama, ketaqwaan, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai kebangsaan terutama sebagaimana tercantum di surat al-Hujurat 13. Semoga Allah menolong bangsa ini untuk mewujudkan muatan pendidikan tersebut. (FAJR/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Tags :

Related Posts: