Khutbah Jumat: Memahami Tradisi Silaturahmi Bulan Syawal di Indonesia

Tradisi silaturahmi dengan saudara, kerabat, teman umumnya muslim Indonesia melakukan tradisi halal bihalal di bulan Syawal, dalam bentuk saling mengunjungi satu sama lain, atau dengan berkumpul bersama di satu tempat untuk saling memaafkan.

Share :
Khutbah Jumat: Memahami Tradisi Silaturahmi Bulan Syawal di Indonesia
Berita

Oleh : KH. Zulfa Mustofa

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT. Melalui mimbar jumat di minggu kedua Syawal ini, khatib ingin berwasiat kepada diri khatib pribadi khususnya, dan para jamaah secara umum, untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala, sehingga keimanan dan ketakwaan yang tertanam dalam diri, bisa melahirkan konsistensi untuk senantiasa meningkatkan amal kebaikan, baik yang bersifat individual maupun sosial, saat kapanpun, serta dimanapun kita berada.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT. Dalam Riwayat dari sahabat Abu Hurairah, Anas bin Malik, serta Jabir bin Samurah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan beberapa golongan yang dianggap merugi dalam hidupnya, diantaranya: orang yang disebutkan nama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan dia tidak bershalawat, orang yang mendapati orangtuanya di usia senja dan (baktinya) tidak membuat ia masuk surga, serta orang yang mendapati bulan Ramadan, namun dosa￾dosanya tidak diampuni oleh Allah subhanahu wata'ala (HR. al-Tirmidzi, al-Bazzar, al-Thabrani).

Berdasarkan hadis tersebut kaum mukminin meyakini bahwasannya siapapun yang mendapati bulan suci Ramadan, dan dikarunia taufiq oleh Allah subhanahu wata'ala untuk melaksanakan serangkaian ibadah di dalamnya, maka orang tersebut merupakan orang yang dikaruniai pengampunan dosa oleh Allah subhanahu wata'ala.

Lalu, untuk menyempurnakan pengampunan dosa dari Allah subhanahu wata'ala, setelah Ramadan berakhir, pada umumnya umat Islam melakukan silaturahmi di antara mereka dengan tujuan saling memaafkan jika terdapat kesalahan yang dilakukan ketika mereka membangun muamalah, baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja.

Karena dalam ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam beliau menegaskan bahwasannya siapapun yang merebut hak saudaranya, atau menzaliminya, maka hendaknya ia meminta maaf kepadanya sebagai bentuk penghapusan dosanya di dunia, sehingga ketika di akhirat kelak, dia tidak menjadi orang merugi, yang diambil pahalanya dan diberikan kepada orang yang dia zalimi, atau yang dilimpahkan dosa dari orang yang dia zalimi. Diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari radhiallahu anhu:

Artinya : “Dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang pernah berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari qiyamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya” (HR. Bukhari).

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang terkenal dengan masyarakat yang gemar berkumpul, terdapat beberapa tradisi silaturahmi di bulan Syawal yang sejatinya dilandasi spirit ajaran Islam dan bernilai positif. Baik itu di antara saudara, kerabat, teman, yang masih hidup, atau dengan mereka yang telah lebih dahulu meninggal menuju rahmat Allah subhanahu wata'ala.

Tradisi silaturahmi dengan saudara, kerabat, teman, yang masih hidup, umumnya muslim Indonesia melakukan tradisi halal bihalal di bulan Syawal, dalam bentuk saling mengunjungi satu sama lain, atau dengan berkumpul bersama di satu tempat untuk saling memaafkan yang kemudian dilanjutkan dengan makan bersama sebagai bentuk implementasi ajaran berbagi dengan sesama terutama dengan orang-orang dekat dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Lebih lanjut, tradisi berkumpul di bulan Syawal untuk bertemu, saling memaafkan, serta berbagi makanan, memiliki penyebutan bermacam-macam di setiap daerah, diantaranya: tradisi grebeg syawal, tradisi bancaan, tradisi terater Madura, serta tradisi nyakar Lombok. Dan perlu menjadi catatan, bahwasanya perbedaan penamaan tradisi tersebut, tidak mempengaruhi substansi islaminya yang bertujuan untuk berkumpul, bertemu, saling memaafkan, saling berbagi, sehingga memperkuat rasa kasih sayang di antara mereka.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT. Sedangkan dalam konteks silaturahmi dengan keluarga dan kerabat yang telah tiada, muslim Indonesia di bulan Syawal, umumnya melakukan tradisi ziarah ke pemakaman mereka untuk mengirimkan doa memohon ampunan dari Allah subhanahu wata'ala untuk mereka, sebagai bentuk hadiah kebaikan untuk mereka yang telah meninggal dan mendahului ke hadirat Allah subhanahu wata'ala. 

Selain itu, mereka juga biasanya berkunjung ke keluarga, sahabat, kerabat, dari orangtua yang telah mendahului mereka. Tradisi tersebut sejatinya, diilhami dari apa yang diajarkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, bahwasannya mendoakan keluarga serta kerabat yang telah wafat dengan memohonkan ampunan kepada Allah subhanahu wata'ala untuk mereka, serta menyambung silaturahmi dengan keluarga, kerabat dan sahabat mereka, merupakan salah satu cara untuk berbakti dan bersilaturahim dengan mereka. Dalam sebuah riwayat dari sahabat Malik bin Rabiah al￾Saidi al-Anshari radhiallahu anhu dikatakan: 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT. Maka melalui momentum Syawal tahun ini, marilah kita terus jaga tradisi baik untuk terus bersilaturahim dengan orangtua, keluarga, sahabat, serta kerabat baik yang masih bersama dengan kita, atau dengan mereka yang telah mendahului kita, untuk membersihkan diri kita dari kesalahan-kesalahan yang pernah kita perbuat terhadap mereka yang bergaul dengan kita, untuk melengkapi ampunan yang dikaruniai Allah subhanahu wata'ala setelah kita melewati Ramadan dengan segala rangkaian ibadah di dalamnya. (FAJR/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

 

Tags :

Related Posts: