Pimpinan BPMI Gelar Workshop Capacity Building, Ini Poin Pentingnya

'Mengasah gergaji' juga diharapkan dapat menjadi ikhtiar pimpinan BPMI untuk mengoptimalkan diri saat mengemban amanah. "Saya sangat optimis semakin sering kita mengikuti pelatihan ini maka semakin tajam 'gergaji kita'," ungkap KH Nasaruddin.

Share :
Pimpinan BPMI Gelar Workshop Capacity Building, Ini Poin Pentingnya
Berita

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Skill kepemimpinan selayaknya gergaji yang perlu senantiasa diasah, agar semakin tajam dan bermanfaat. Itulah perkataan Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, dalam sambutannya mengiringi kegiatan Capacity Building Plus dengan tema workshop Executive Presence Istiqlal, yang dibawakan langsung oleh Presiden Direktur Lead+Beyond Wiweko Adi Nugroho, di Masjid Istiqlal, Jakarta,  (15-16/12/2021).

"Selama 24 jam, kalau gergaji terus diasah, maka akan menjadi tajam sehingga bisa difungsikan dengan baik," ujar KH Nasaruddin, di Ruang VIP Masjid Istiqlal, Kamis (15/12/2021).

'Mengasah gergaji' juga diharapkan dapat menjadi ikhtiar pimpinan BPMI untuk mengoptimalkan diri saat mengemban amanah. "Saya sangat optimis  semakin sering kita mengikuti pelatihan ini maka semakin tajam 'gergaji kita'," ungkap KH Nasaruddin.

"Kita duduk bareng di sini (untuk mengikuti kegiatan Capacity Building Plus). Siapapun diri kita, saya mau semuanya punya kapasitas, kemandirian diri," pesan KH Nasaruddin.

Hal itu sesuai pada kandungan materi yang disampaikan Adi, bahwasannya pimpinan harus memperhatikan empat hal guna memaksimalkan kualitas diri saat diamanahkan sebagai pemimpin, di antaranya sebagai berikut.

1. Memperhatikan Human Interest

Human interest kepada staf sangat diperlukan guna membangun suasana kerja yang lebih humanis, hangat, dan teduh. "Akan lebih humanis kalau Bapak/Ibu (mempraktikkan human interest, misalnya) mau menyapa stafnya," ujar Adi

Memberikan apresiasi berupa pujian kepada staf juga penting. "Simple things yang diapresiasi. Apresiasi pekerjaannya, atau (dalam hal) finansial," terangnya.

Bangun rasa kepedulian, kekeluargaan. "Perhatian yang dianggap sederhana bisa saja sangat membekas di hati para staf. Jadi perbincangannya bukan hanya seputar pekerjaan," lanjut Adi.

2. Jadi Sosok yang Terpercaya dan Percaya Diri

Pemimpin adalah sosok yang bisa dipercaya, dapat menyelesaikan persoalan sulit, serta mendapatkan amanah dari tugas-tugas penting. Pastikan diri untuk terus berani belajar, khususnya teknologi dan digitalisasi. "Jadi contoh leader senior yang mau terus belajar," terang Adi.

Selain itu, pimpinan yang bagus juga ialah dia yang memiliki rasa percaya diri. Dapat mengontrol situasi saat dia tampil di hadapan orang lain ataupun menjadi wakil perusahaan, serta membuat keputusan tepat dengan cepat.

"Mengontrol situasi di luar dugaan dengan tetap tenang dan percaya diri. Aspek kedua, leaders yang bagus bukan hanya membuat keputusan tepat dengan cepat, tapi juga yang berani berbicara," jelas Adi.

3. Berani Menyampaikan Aspirasi

Poin ketiga yang perlu diperhatikan adalah dengan berani menyuarakan aspirasi, terutama kepada pimpinan yang lebih tinggi. Adi mengingatkan bahwasanya aspirasi juga harus melibatkan kesopanan. "Dengan santun tentunya. Kalau tidak setuju atau setuju diutarakan, agar tahu aspirasinya. Kenali juga ciri khas Indonesia, karena apa yang diterapkan di luar negeri belum tentu bisa diterapkan di Indonesia."

Di samping itu, Adi juga mengingatkan bahwasanya hati juga harus dilapangkan jika mendapat koreksi ataupun ragam pendapat dari staf. "Senior mengerti masukan, juniornya ngerti unggah ungguh. Karena generasi milenial pasti menyampaikan apa yang ada dalam hatinya, mereka pasti mau berbagi idenya. Jangan sampai idenya jadi tidak tersalurkan karena tidak didengar."

4. Jadi Sosok yang Berkharisma

Menjadi sosok yang berkharisma bisa dipelajari, di antaranya melihat sesuatu dengan melampaui zamannya, dan dapat menerjemahkan gagasan yang dilayangkan. "(Hal tersebut dapat dilihat) seperti yang disebutkan Imam Besar tentang visi misi Istiqlal, tidak semua pemimpin punya bayangan itu, dan yang perlu dilakukan berikutnya adalah menerjemahkan bayangan yang disebutkan," jelas Adi.

Selanjutnya, berkharisma juga bisa diupayakan dengan memperhatikan pakaian yang dikenakan. Pakaian harus rapi, kondisi fisik terawat, fit, dan atraktif. "Jadi atraktif dan fit adalah hal yang dapat membantu kita."

5. Perhatikan Komunikasi Verbal dan Bahasa Tubuh

Pada poin kelima, Adi menitikberatkan pada komunikasi verbal dan bahasa tubuh adalah kesinambungan aspek yang sangat perlu diperhatikan. "Kalau verbal bagus tapi bahasa tubuhnya tidak bagus akan membuat citra yang berbeda. Sebagai pimpinan di Istiqlal, harus peduli dengan bahasa tubuh."

"Saat berbicara dengan staf, bicara sebagai orang yang memang sangat membutuhkan staf (sebagai rekan kerja), bukan (seolah-olah) sebagai seorang yang bisa disuruh-suruh. Buat pelatihan yang memotivasi staf untuk berkembang berdasarkan kebermanfaatan bagi dirinya, bukan semata-mata karena untuk dimanfaatkan perusahaan," tegas Adi.

Dengan paparan di atas, Adi juga mengajak pimpinan Masjid Istiqlal agar terus belajar, serta selalu haus akan ilmu. "Suatu hal yang disepakati, kita tidak pernah berhenti belajar, tetap penasaran, dan terus haus akan ilmu. Terutama bagi pengurus Masjid Istiqlal, jangan terlalu cepat puas dan nyaman pada satu bidang."

Seimbang dengan hal tersebut, Kasubag Sumber Daya Manusia BPMI Nur Ahdiyani, M.Si, juga mengatakan bahwasanya mutasi pada pengurus Masjid Istiqlal memang diperlukan. "Dengan adanya kegiatan Capacity Building Plus, pemimpin kita tahu bahwa orang itu harus dimutasikan. Jadi pasti ada perubahan. Meski memang perubahan itu kadang ada yang terima ada yang tidak, tapi mereka harus mengikuti perubahan tersebut."

Dengan ilmu yang bermanfaat, Diyani juga mengapresiasi kegiatan ini dan diharapkan kedepan akan ada pelatihan lainnya untuk staf pengurus BPMI. "(Kegiatannya) bagus. Jadi ada konsep-konsep yang (bisa digunakan kedepannya) untuk Istiqlal yang lebih baik lagi. Kedepannya saya ingin memberikan masukan kepada Imam Besar Masjid Istiqlal untuk diadakan kegiatan Capacity Building khusus untuk staf."

Wawasan baru yang menginspirasi juga dirasakan Wakabid Penyelenggara Peribadatan Abu Hurairah Abd. Salam, MA. "Alhamdulillah acara Capacity Building Plus untuk tingkat pimpinan Masjid Istiqlal, bagi saya pribadi menjadi sebuah ilmu baru karena untuk sesi pagi ini itu kita diberi pencerahan, sekaligus 'mengecas' kembali ingatan kita, sikap kita sebagai pengurus Istiqlal dalam melayani jamaah atau pengunjung yang ada di Masjid Istiqlal."

Adapun hal berkesan lain yang Abu dapati ialah mendengarkan pengalaman narasumber di banyak tempat. "(Dari pengalaman yang dipaparkan tersebut) ada benang merah yang bisa kita ambil, yaitu kita bisa mengambil ilmunya, cara menerapkannya ke masyarakat serta jamaah."

"Pengunjung itu dibikin senyaman mungkin untuk beribadah di masjid Istiqlal seperti dari segi penampilan kita, perlu diperhatikan, kemudian mengakui kesalahan yang ternyata merupakan suatu hal terpuji, mengatur emosi agar tidak meledak-ledak, selalu tersenyum, menyampaikan komunikasi yang bagus, dan hal lainnya," pungkas Abu. (FAJR/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Tags :

Related Posts: