Khutbah Jumat: Pergantian Tahun, Mengingat Umur dan Waktu

"Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap." (QS. Al-Insyirah [94] Ayat 7 dan 8).

Share :
Khutbah Jumat: Pergantian Tahun, Mengingat Umur dan Waktu
Artikel

Oleh : DR. KH. Marsudi Syuhud, MA

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah. Kita telah menjalani hidup, tahun demi tahun, 12 bulan satu tahun, bulan demi bulan, 30 hari satu bulan, hari demi hari, 24 jam sehari semalam.

Esok kita akan memasuki tahun baru 2022 Masehi. Tentu setiap akhir dan pergantian tahun memiliki makna yang sangat dalam bagi kehidupan manusia. Kedalaman makna itu dapat dirasakan oleh setiap manusia itu sendiri, dimana pada satu sisi di awal tahun baru sebagai tempat harapan untuk mencapai kesuksesan ke depannya, pada sisi lain kegagalan yang terjadi di tahun sebelumnya janganlah terjadi di tahun yang akan datang.

Oleh karena itulah, manusia sangat perlu melakukan perenungan (tafakur) terhadap diri sendiri. Di samping itu juga sebaiknya manusia melakukan muhasabah yaitu melakukan evaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan yang telah dilakukan dalam segala hal baik dan ada hubungannya dengan ibadah kepada Allah subhanahu wata'ala dan manusia, sebagai hubungan sosial.

Berbicara umur, berbicara waktu, berbicara kesempatan, banyak diantara kita yang lalai menggunakan waktu dengan baik, waktu mengalir seperti air, celupkan jari kita pada air yang mengalir, angkat dan celupkan lagi ke air, celupan jari kita ke air yang kedua sudah berada pada air yang tidak sama. Itulah kehidupan kita saat ini, sekarang gagal besok ada kemungkinan, kemaren hilang kesempatan esok mungkin mendapatkan, tahun kebelakang susah waktu untuk beribadah, detik ini kita mulai.

Itulah waktu yang mudah sekali disepelekan orang, karenanya Allah menyampaikan dalam firman-Nya pada QS. Al-Ashr : 1-3, artinya sebagai berikut.


Artinya: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran" (QS. Al-Ashr : 1-3).

Banyak orang rugi karena waktunya tercuri tidak terasa, banyak orang rugi karena umurnya hilang tanpa bekas, banyak orang rugi karena kesempatannya kurang dimanfaatkan, banyak orang rugi karena lalai memenej waktunya, mengatur umurnya, mengatur jadwalnya, mengatur seberapa panjang waktu untuk santai dan seberapa panjang untuk sibuk dan seberapa panjang untuk Ibadah mendekatkan diri pada Allah.

Salah satu Ulama berkata, artinya sebagai berikut.

Artinya: Salah seorang ulama, Al-Hassan Al-Bashri, berkata pada suatu hari: (Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu adalah hari- hari, dan jika harimu berlalu, maka sebagian dari kamu hilang), namun kami menemukan bahwa banyak orang mengatakan satu sama lain dengan gembira: "Ayo, mari kita buang waktu kita."

Waktu yang tidak produktif adalah waktu yang hilang, waktu yang hilang adalah waktu yang tercuri, waktu hilang karena tercuri oleh pencuri waktu. Pencuri-pencuri waktu itu dijelaskan dalam kitab Sichrul Qiyadah, artinya sebagai berikut.

Pencuri waktu!
Ada pencuri waktu, pembuang waktu, dan pemborosan menit dan detik.

1) Penundaan-penundaan

Dia adalah pencuri paling terkenal dan berpengaruh, dan kebanyakan orang menyukai penundaan-penundaan, dan membuat alasan untuk menunda pekerjaan hari ini sampai besok!

2) Bingung antara hal-hal penting

Banyak orang tidak tahu prioritas mereka, apa yang harus mereka dahulukan, dan apa yang mereka harus ahirkan, hal apa yang mereka harus mulai, apa yang ingin mereka lakukan, dan apa yang harus ditunda.

3) Kurang fokus

Dia mungkin mulai melakukan sesuatu dan kemudian berhenti untuk mengobrol, atau melakukan sesuatu yang lain, ini akan membuang banyak waktu.

4) Ketidakmampuan Anda untuk mengatakan tidak

Seseorang yang malu menolak kunjungan, undangan, dan percakapan yang tidak memiliki janji sebelumnya menemukan dirinya kehilangan waktu, tidak dapat mengendalikan waktunya.

5) Gangguan mendadak

Panggilan darurat, teman yang tidak dijadwalkan, gangguan ini mengganggu pemikiran mental Anda, dan menyita banyak waktu Anda.

6) Upaya berulang

Dengan asyik pada sesuatu, kemudian meninggalkannya untuk melakukan sesuatu yang lain, dan kemudian kembali ke apa yang Anda lakukan di awal, hal ini membuat Anda melakukan upaya ganda, untuk apa yang seharusnya Anda lakukan.

7) Perencanaan yang tidak realistis

Bahwa kita merencanakan dan mengatur urusan kita secara tidak teratur. Hal yang menghabiskan lima hari kita berikan satu atau dua hari, dan tugas yang membutuhkan dua hari kita berikan empat atau lima, ini akan menyebarkan kekacauan dalam hidup Anda.

8) Kekacauan

Kertas-kertasmu berserakan, keperluanmu terbengkalai, kamu terus-menerus mencari ponsel, kunci, dan tas kerjamu. Ini semua adalah hal sederhana yang membuang buang waktu.

9) Rapat-rapat

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa orang yang menduduki posisi kepemimpinan menghabiskan rata-rata sekitar 28% waktunya untuk rapat, rapat-rapat inilah yang membajak waktunya secara menakutkan dan memakannya dengan rakus.

10) Baca laporan, korespondensi, dan email

Tindakan ini memakan waktu, meskipun kita dapat mendelegasikan seseorang untuk melakukannya, mereka membutuhkan konsentrasi, dan saat yang sama, orang lain dapat mengaturnya dan mengatur inspirasi dari mereka dan menyajikannya kepada Anda, sebagai ganti serapan sepenuhnya di dalamnya.

11) Sosial

Undangan yang mungkin diberikan kepada seseorang mungkin menghabiskan sebagian besar waktunya. Pencuri-pencuri waktu itulah yang dapat mengakibatkan orang bisa berbeda produktifitasnya, karyanya, pengalamannya, sosialnya, legesinya, bahkan ilmunya.

Padahal Allah telah mendorong kita untuk mempunyai kinerja yang baik etos kerja yang unggul, selesai satu amal usaha cepat-cepat lakukan yang lainnya, jangan nanti-nanti, jangan di tunda-tunda, insyaallah hari yang akan datang kita akan lebih optimis dan tahun yang akan datang kita akan lebih bagus baik urusan duniawi dan urusan ukhrawi, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Insyirah [94] Ayat 7 dan 8, artinya sebagai berikut.

"Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap." (QS. Al-Insyirah [94] Ayat 7 dan 8).

(FAJR/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Tags :

Related Posts: