Mimbar Ramadhan Masjid Itiqlal: Semangat Ramadhan Dalam Moderasi Beragama

Ketika berpuasa, kita sedang dalam proses pendakian spiritual, membersihkan jiwa dan diri, melakukan verifikasi spiritual sehingga dapat menemukan diri yang sesungguhnya dengan versi terbaik, paling genuine, autentik, dan menemukan fitrah diri.

Share :
Mimbar Ramadhan Masjid Itiqlal: Semangat Ramadhan Dalam Moderasi Beragama
Berita

Oleh: Prof. Dr. Phil. KH. Kamaruddjn Amin, MA (Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI) 

 

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Mengapa kita berpuasa? Melaksanakan shalat? Naik haji dan juga menunaikan zakat? Jawaban atas pertanyaan tersebut kita bisa temukan dalam Al-Qur'an dan sejumlah hadist-hadist Rasullullah SAW. Jawabannya adalah dengan berpuasa insyaAllah kita akan menjadi orang-orang yang bertakwa, semakin dekat dengan Allah subhanahu wata'ala.

Dengan berpuasa insyaAllah kita juga dapat merasakan penderitaan saudara-saudara kita, dan masih banyak lagi jawaban atau penjelasan yang bisa kita temukan di dalam Al-Qur'an dan juga sunnah Rasullullah SAW.

Hakikat dan hikmah pada ibadah yang kita laksanakan baik itu shalat, zakat, haji, dan ibadah-ibadah mahdhah lainnya, hanyalah Allah subhanahu wata'ala yang tahu hakikatnya. Jawaban, pengetahuan, informasi yang kita dapatkan hanyalah sebagaian kecil dari hikmah yang sesungguhnya mengenai alasan kita diperintahkan untuk melaksanakan ibadah puasa ini. Oleh karena itu, kita melaksanakannya dengan penuh ketundukan total, dengan kepasrahan total penyerahan diri yang absolute kepada Allah subhanahu wata'ala.

Kita melaksanakannya karena kita cinta, tunduk dan memasrahkan semuanya kepada Allah subhanahu wata'ala, karna hanya Dia yang mengetahui hakikatnya mengapa kita berpuasa. Kalau kita melaksanakan puasa karena ingin merasakan laparnya orang-orang yang selama ini lapar sepanjang tahun, kalau begitu, orang miskin orang fakir tidak perlu berpuasa, karena setiap hari mereka merasakan lapar. Sehingga sekali lagi, hanya Allah subhanahu wata'ala yang tahu hakikatnya berpuasa. Kita melaksanakan dengan penuh ketundukan, kepasrahan total, cinta dan tunduk kepada-Nya.

Pada saat berpuasa, sesungguhnya kita sedang dalam proses menemukan atau mencari versi diri yang paling genuine, paling autentik, dan menemukan fitrah diri. Kita terlahir dalam keadaan fitrah dan suci. Dalam proses perjalanan sepanjang tahun, banyak sekali hal-hal yang telah dilakukan diantaranya adalah menampilkan versi diri kita yang tidak sempurna seperti melanggar atau melaksanakan apa yang dilarang Allah subhanahu wata'ala, yang menyebabkan tertutupnya versi diri kita yang paling autentik dan fitrah.

Puasa, Proses Pendakian Spiritual

Ketika berpuasa, kita sedang dalam proses pendakian spiritual, membersihkan jiwa dan diri, melakukan verifikasi spiritual sehingga dapat menemukan diri yang sesungguhnya dengan versi terbaik, paling genuine, autentik, dan ketika tuntas melaksanakan ibadah pada Ramadhan ini, kita akan bertemu dengan Allah subhanahu wata'ala dalam keadaan fitrah dan suci.

Rasullullah SAW bersabda, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,

عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”

Puasa adalah ibadah personal yang sangat pribadi antara kita dan Allah subhanahu wata'ala. Seorang ulama besar, Jalaluddin Rumi dalam karyanya yang sangat monumental, Matsnawi, mengatakan: Puasa adalah hidangan langit yang Allah subhanahu wata'ala turunkan kepada kita, nutrisi jiwa dan vitamin rohani yang akan mengobati dan menjadikan diri memiliki dan mempertajam kepribadian, sensitifitas diri dan sensitifitas illahi. Karena di dalam diri kita ada lahut (unsur-unsur ketuhanan) dan nasut (unsur-unsur kemanusiaan). Dengan berpuasa kita sedang menikmati hidangan langit dari Allah SWT  agar diri kita semakin autentik, suci dan bersih sehingga kita bisa menangkap sinyal-sinyal ketuhanan, pantulan-pantulan illahi Rabbi, karna kita sedang dalam proses verifikasi spiritual.

Ketika kita berpuasa, seluruh panca indra kita berpuasa. Puasa adalah tentang merasakan kehadiran Allah subhanahu wata'ala, tentang kesadaran penuh seorang hamba bahwa dirinya sedang diawasi sepenuhnya oleh Allah subhanahu wata'ala.

Di antara karakater yang akan dibentuk oleh puasa adalah agar kita selalu sadar, memahami dan merasakan bahwa Allah subhanahu wata'ala hadir bersama kita dimanapun kita berada. Sehingga puasa adalah tentang merasakan kehadiran Allah subhanahu wata'ala. Puasa adalah tentang selalu merasa dipantau oleh Allah subhanahu wata'ala. Puasa adalah tentang merasakan bahwa Allah subhanahu wata'ala maha hadir, Allah adalah sesuatu yang omnipresent, selalu memproteksi kita dari hal-hal yang tidak inginkan oleh Allah subhanahu wata'ala. Saksikan selengkapnya di sini. (SHABNA/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Related Posts: