Kunjungan Pondok Pesantren As-salam Bahrul Ulum Tambakberas Jombang di Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal menerima kunjungan dari Pondok Pesantren As-salam Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, pada Senin (20/12/2021). Kedatangan ini dilangsungkan dalam rangka study banding pesantren guna mengembangkan wawasan dakwah keummatan.

Share :
Kunjungan Pondok Pesantren As-salam Bahrul Ulum Tambakberas Jombang di Masjid Istiqlal
Berita

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Masjid Istiqlal menerima kunjungan dari Pondok Pesantren As-salam Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, pada Senin (20/12/2021). Kedatangan ini dilangsungkan dalam rangka study banding pesantren guna mengembangkan wawasan dakwah keummatan.

Dibina langsung oleh KH. Abdul Latif Malik, Lc, kunjungan 80 santri dan asatidz ini selanjutnya diterima langsung oleh Kabid Penyelenggara Peribadatan KH Bukhori Sail Attahiri, Lc, MA, dan Kasubag Hukum dan Kerjasama Saparwadi, SE.I, di Aula Al-Fattah Masjid Istiqlal.

Mendukung tujuan para santri untuk menambah wawasan dakwah keummatan, KH Bukhori dan Saparwadi selanjutnya menjelaskan cara Masjid Istiqlal berdakwah kepada masyarakat serta sejarah Istiqlal sebagai masjid kebanggaan bangsa Indonesia.

"Kami (BPMI) senang santri hadir di Masjid Istiqlal, karena itu adalah kesempatan bagi kami untuk menjelaskan kepada mereka tentang pemahaman dan sikap sebagai warga negara Indonesia yang memiliki keistimewaan sebagai bangsa heterogen, memiliki beragam SARA, terkait pemahaman toleransi, bergaul dengan suku, agama, dan kepercayaan lain," ujar KH Bukhori secara langsung kepada Humas Masjid Istiqlal, di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (20/12/2021).

"(Hal terkait toleransi) butuh kaidah-kaidah tersendiri yang perlu dipahami. Semakin banyak orang yang paham, terutama para santri yang nantinya akan menjadi contoh (bagi umat khususnya, dan masyarakat umumnya) akan sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Indonesia seterusnya," lanjut KH Bukhori.

Berikutnya, KH Bukhori juga memaparkan contoh wujud toleransi yang dilakukan pihak Masjid Istiqlal kepada umat lintas agama kepada para santri, yaitu terkait peneguhan akidah Islam, lakum dinukum waliyadin, saat melakukan hal-hal muamalah. "Kita sampaikan kepada santri supaya mereka bisa tercerahkan, ikut menyebarkan paham toleransi."

"(Terkait) prinsip toleransi, sikap Istiqlal terhadap lintas agama, utamanya dengan pihak Gereja Katedral yang lokasinya berdampingan, kita saling kerja sama dalam hal muamalah ataupun pergaulan sehari-hari, dengan tetap dalam prinsip akidah masing-masing. Jadi 'lakum dinukum waliyadin', kita memaknai toleransi itu adalah saling memahami, mengerti, tapi tidak bertukar prinsip akidah dan keimanan," tegas KH Bukhori.

Adapun Saparwadi juga menjelaskan sejarah Masjid Istiqlal yang dibangun atas dasar rasa syukur kemerdekaan Indonesia. "Sejarah dibangunnya Masjid Istiqlal sangat unik, saat itu Ir. Soekarno menyarankan untuk membangun masjid sebagai wujud syukur kemerdekaan Indonesia. Oleh karenanya masjid ini disebut Istiqlal yang berarti kemerdekaan."

Ketua Pelaksana Studi Banding Sanabilul Fahmi, juga mengutarakan syukurnya karena dapat mengunjungi Istiqlal, dan mendengarkan pemaparan dari KH Bukhori dan Saparwadi."Kami sebelumnya hanya tahu pengelolaan Islam di sekitar pesantren, (sehingga) kami sebagai santri ingin tahu bagaimana pengelolaan Islam di Jakarta dan kota-kota besar pada umumnya."

Mendengarkan pemaparan KH Bukhori, Fahmi mengetahui wawasan baru terkait toleransi. "(Terkait) Islam yang benar-benar rahmatan lil 'alamin, bagaimana menghormati orang yang berbeda agama dengan kita tanpa merusak akidah," papar Fahmi.

Pengetahuan terkait toleransi juga dinilai bermanfaat untuk selanjutnya diterapkan di daerah Fahmi, yaitu Jombang. "(Keterangan terkait toleransi) ini menjadi pandangan baru bagi kami guna mengembangkan dakwah di daerah, (yaitu) untuk tetap melestarikan kebudayaan dan merawat kebhinekaan dalam masyarakat beragama, bukan hanya Islam tetapi juga dengan masyarakat lintas agama," pungkas Fahmi. (FAJR/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Tags :

Related Posts: