Kuliah Umum Kebangsaan KH Nasaruddin Umar, dari Masjid Menuju Global di Era Digital

Dari Masjid Menuju Global di Era Digital, KH Nasaruddin Umar merekomendasikan untuk senantiasa mencontoh masjid di era Rasulullah SAW yang juga digunakan bukan hanya untuk beribadah, namun juga berdakwah dan memberdayakan umat serta masyarakat.

Share :
Kuliah Umum Kebangsaan KH Nasaruddin Umar, dari Masjid Menuju Global di Era Digital
Berita

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Mengangkat tema bahasan "Dari Masjid Menuju Global di Era Digital", Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus Ketua Harian Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, memaparkan bahwasanya masjid ialah tempat untuk membangun orang-orang yang bersujud, membangun peradaban yang lebih tinggi dan lebih kuat.

"Dibangunnya masjid tidak hanya sebagai tempat sujud, akan tetapi tujuannya adalah masjid juga sebagai tempat untuk membangun orang-orang yang bersujud, membangun peradaban yang lebih tinggi dan lebih kuat," ujar KH Nasaruddin Umar, dalam penyampaian kuliah umum di Universitas Insan Cita Indonesia (UICI), Jakarta, Senin (10/7/2023).

Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Isra' ayat 1,

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Artinya: "Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya425) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Al-Isra' ayat 1)

"Masjid 'Haram' artinya tertutup, sangat limited, sedangkan 'Aqsha' unlimited, paling jauh. Jadi kita starting poinnya dari tempat yang sangat tertutup kemudian menuju ke space yang unlimited (Aqsha)," papar KH Nasaruddin Umar.

Tujuan dibangun masjid selain untuk bersujud ialah sebagai wilayah konsentrasi, untuk bisa menciptakan sesuatu yang lebih tinggi dan kuat. "Masjid adalah space untuk menghadirkan as-sajiid yaitu orang sujud serta untuk 'menerbangkan kita ke Al-Aqsa' (tempat yang luas)," tambahnya.

Di Istiqlal, KH Nasaruddin Umar menceritakan bahwasanya terdapat kontradiktif antara lantai satu dan dua. "Di lantai satu (ruang perkantoran BPMI) kami seperti 'ditantang' untuk bisa hidup seribu tahun mendatang. Namun di lantai dua (area ibadah), kita seolah-olah mau mati besok," analoginya.

Sebagaimana ungkapan motivasi yang lumrah didengar khalayak, "I’mal lidunyaaka ka-annaka ta’isyu abadan, wa’mal li-aakhiratika ka-annaka tamuutu ghadan. (Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya. Beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.), "Jadi Istiqlal, 'dunia akhirat', 'dunianya' di lantai satu (perkantoran BPMI) dan 'akhiratnya' di lantai dua (area ibadah)," ungkap KH Nasaruddin Umar.

Dari Masjid Menuju Global di Era Digital, KH Nasaruddin Umar merekomendasikan untuk senantiasa mencontoh masjid di era Rasulullah SAW yang juga digunakan bukan hanya untuk beribadah, namun juga berdakwah dan memberdayakan umat serta masyarakat.

Perlu diketahui, kuliah umum ini diselenggarakan setelah dilaksanakannya penandatangan nota kesepahaman tentang "Kerjasama Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat" antara BPMI dan UICI. (ZSQ/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Tags :

Related Posts: