Khutbah Jumat Masjid Istiqlal: Selamatkan Hatimu, Maka Akan Selamat Jasmanimu
Jika kalbunya baik maka akan baik seluruh jasadnya dan jika kalbunya rusak maka rusak pula semua jasadnya.
Oleh: KH. Ahmad Husni Ismail, M.Ag
Jakarta, www.istiqlal.or.id - Jama’ah Jumat rahimakumullah.
Ada dua unsur pokok asal penciptaan manusia, yakni unsur jasadiah atau jasmani yang berasal dari tanah dan unsur ruhiyah atau ruhani yang berasal dari ruh Tuhan. Siapapun manusia, besar kecil, tua muda, laki-laki atau perempuan, kaya dan miskin, bangsawan atau rakyat jelata, mempunyai unsur penciptaan yang sama. Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara manusia.
Unsur ruh ilahi dalam diri manusia menghantar dan membimbingnya menjadi makhluk termulia. Perangkat ruhani yang menentukan arah dan langkah hidup manusia adalah hati atau kalbu. Jika kalbunya baik maka akan baik seluruh jasadnya dan jika kalbunya rusak maka rusak pula semua jasadnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya:
Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya di setiap jasad ada sekerat daging. Manakala sekerat daging tersebut baik, akan baik pula seluruh jasad. Namun, manakala sekerat daging tersebut rusak, akan berakibat rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, sekerat daging tersebut adalah kalbu” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat an-Nu’man bin Basyir r.a)
Secara fisik jasmani, hati atau kalbu merupakan daging yakni organ tubuh manusia yang tersimpan dan terlindungi oleh tulang belulang. Hati dipahami sebagai jantung oleh para ahli di bidang kedokteran, terletak di dada sebelah kiri. Pada daging hati terdapat lubang dan jaringan yang halus. Di dalam lubang atau rongga terdapat darah hitam yang menjadi sumber ruh.
Ada juga kata lain yang diartikan dengan hati atau kalbu pula adalah kata al-kabad (gumpalan darah, liver). Pemaknaan kedua ini menggambarkan bahwa hati adalah bagian terpenting dalam tubuh dan mempengaruhi pola pikir manusia. Hati atau hepar merupakan kelenjar yang terbesar dan salah satu kelenjar terpenting dalam tubuh manusia. Hati ada yang berwarna merah tua dan ada juga yang berwarna merah kecoklatan. Pada orang dewasa beratnya sekitar 2 kg. Hati terletak di dalam rongga perut sebelah kanan tepat dibawah diafragma atau sekat rongga dada.
Dalam ungkapan bahasa Arab, maksud kata kalbu dalam hadis di atas adalah jantung. Hati atau kalbu secara spiritual merupakan bagian yang paling murni dan paling mulia dari anggota badan manusia, yang halus (lathifah), rabbaniyah (ketuhanan), ruhaniah (kerohanian) dan mempunyai keterkaitan dengan hati yang jasmaniah. Kalbu halus itulah hakikat manusia yang dapat menangkap segala rasa, mengetahui dan mengenal segala sesuatu (al-Ghazali).
Kalbu terambil dari kata qalaba-yaqlibu-qalban artinya memutar, berpaling, berbolak- balik, berputar, jungkir balik, Makna hati atau kalbu secara spiritual ini, menggambarkan watak atau kecenderungannya yang selalu berubah-ubah dan berbolak-balik, labil dan rawan terkena penyakit. Kalbu lebih bersifat labil dan suka bolak balik, kecuali yang mendapat bimbingan ilahi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya:
Artinya: “Sungguh hati manusia itu lebih cepat bolak-baliknya daripada periuk ketika sedang sangat mendidih” (HR. Ahmad).
Kedurhakaan dan kemaksiatan mencederai hati yang akan merusak jasmani, menutup cahaya hati yang bersifat nurani dengan noda-noda hitam setiap kita melakukan dosa dan kemunkaran, yang artinya:
Artinya: "Jika seorang hamba berbuat sebuah dosa, maka akan ditorehkan sebuah noktah hitam di dalam hatinya. Tapi jika ia meninggalkannya dan beristigfar niscaya hatinya akan dibersihkan dari noktah hitam itu. Sebaliknya jika ia terus berbuat dosa, noktah-noktah hitam akan terus bertambah hingga menutup hatinya. Itulah dinding penutup yang Allah sebutkan dalam ayat, (Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka kerjakan itu menutup hati mereka" (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Tentu saja bertaubat dari dosa-dosa besar dan beristigfar atau mohon ampun terhadap dosa-dosa kecil akan membersihkan dan menyehatkan hati kembali qalbun salim. Jika hati sakit (qalbun maridh), hati dilanda oleh sakit hati, iri hati, dengki, sombong, takabbur, ujub, kikir, marah. Jika hati dibiarkan sakit maka amat bisa terjadi kematian hati atau hati yang mengeras laksana batu, dan enggan untuk menerima nilai-nilai kebenaran.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Ash radhiallahu anhu ia berkata bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya:
Artinya: “Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah subhanahu wata'ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering berdoa; Allahumma musharrifal qulub sharrif qulubana ‘ala tha’atik. (Ya Allah, Dzat yang mengarahkan hati, arahkan hati kami dalam ketaatan kepada-Mu)” (HR. Muslim)
Ada pula doa serupa berdasarkan hadits shahih dalam kitab Sunan At-Tirmidzi. Hadis ini diriwayatkan oleh Ummu Salamah radhiallahu anha beliau berkata, yang artinya:
Artinya: “Doa terbanyak (yang sering dipanjatkan) beliau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) adalah: yâ muqallibal qulûb tsabbit qalbî ‘alâ dînik, (ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, mantapkan hati kami dalam agama-Mu)” (HR. Muslim)
Apabila kita melantunkan doa ini dan doa kita dikabulkan oleh Allah taala, maka manfaat-manfaat berikut bisa kita dapatkan: Allah akan berikan kekuatan iman, semakin istiqamah di atas agama Allah dan ketaatan kepada-Nya. Keyakinan kepada Allah semakin bertambah, dikaruniakan ketenangan dan ketentraman. Membaca doa ini akan membuat kita semakin yakin dan semakin taat kepada-Nya. Ini akan membuat kita semakin menginginkan taqarrub kepada Allah taala.
Upaya Menguatkan Hati untuk Menyelamatkan Jasmani
Upaya menguatkan hati untuk menyelamatkan jasmani adalah dengan hal-hal berikut ini:
1. Perbanyak Membaca Al-Quran
Membaca Al-Quran dengan tartil sesuai kaidah ilmu tajwid, sekaligus menghayati makna-makna yang terkandung padanya. Meneguhkan hati terdalam/fu’ad dengan getaran-getaran suara huruf dan renungan makna ayat suci. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Furqan ayat 32:
كَذٰلِكَ ۛ لِنُثَبِّتَ بِهٖ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنٰهُ تَرْتِيْلًا
Artinya : “Demikianlah, supaya Kami dapat menguatkan dengannya (Al-Qur`an) akan hatimu. Dan Kami telah membacakannya secara tartil” (QS. Al-Furqan/25: 32).
Rasulullah SAW juga bersabda, yang artinya:
Artinya: “Sesungguhnya hati ini berkarat sebagaimana berkaratnya besi. Ditanyakan, ‘Apa pembersihnya wahai Rasulallah?’ Rasul menjawab, ‘Membaca al-Quran’” (H.R. al-Qahâ’iy).
2. Menyelami Kisah Perjalanan Hidup Para Rasul
Mereka semua hamba pilihan dan kekasih Tuhan dengan ujian-ujian berat yang dialaminya. Dengan membaca kisah mereka, insya Allah akan muncul kekuatan di hati kita dalam mengahadapi ujian kehidupan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Hud ayat 120,
وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهٖ فُؤَادَكَ وَجَاۤءَكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَّذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya: “Dan semua telah Kami ceritakan kepadamu dari kabar-kabar para rasul yang Kami menguatkan dengannya akan hatimu.” [Qs. Hud (11) : 120]
3. Berdekatan dengan Orang Shalih
Tinggal di lingkungan yang berisi orang-orang yang shalih, sering berinteraksi dengan mereka, akan terus meneguhkan dan melembutkan hati. Hati kita akan dituntun dan diteguhkan untuk sering mengingat Allah subhanahu wata'ala. Hal tersebut sesuai dengan sabda-Nya pada Al-Qur'an surat Al-Kahfi ayat 28,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا
Artinya: “Dan sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Rabb mereka di waktu pagi dan sore karena mengharap wajah-Nya. Dan janganlah engkau palingkan kedua matamu dari mereka karena menginginkan perhiasan dunia” (QS. Al-Kahfi/18 : 28).
4. Sering Tadabbur Alam
Memperbanyak olah pikir dan dzikir (tafakkur dan tadzakkur). Amat dahsyat penciptaan alam raya, sungguh indah dan amat elok, serasi dan seimbang ciptaan Yang Maha Indah. Mempertajam perenungan, menyingkap keagungan ciptaan dengan lubuk hati terdalam/lub jamak albab.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 190,
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
Artinya: “Sesungguhnya pada penciptaan lelangit dan bumi serta pada pergantian malam dan siang, sungguh terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal sehat” (QS. Ali Imran [3]: 190).
Ketentraman hati melalui upaya memperbanyak kegiatan berzikir juga Allah SWT maktubkan dalam Al-Qur'an surat al-Ra’ad ayat 28,
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
Artinya: "[yaitu] orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. al-Ra’ad [13]: ayat 28)
5. Perbanyak Mengingat Kematian
Salah satu penyebab manusia cinta dengan dunia adalah karena mereka melupakan kematian. Mati adalah sesuatu yang pasti terjadi dan setelah kematian adalah hari pertanggungjawaban atas amal yang kita kerjakan semasa hidup. Dengan mengingat kematian, kita akan lebih berhati-hati dalam berbuat.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
Artinya: “Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (mengingat kematian), karena tidak mengingatnya dalam kesempitan kecuali dilapangkan dan tidak mengingatnya dalam kelapangan kecuali dia menyempitkan (HR. Ibnu Hibban).
Semoga Allah menyelamatkan kita dari hati yang sakit dan hati yang keras. Allah jadikan hati kita hati yang lembut, hati yang nurani bercahaya dan kita mohon perlindungan dari memiliki hati yang zhulmani yang gelap gulita dan tidak sanggup menangkap kebenaran. (FAJR/Humas dan Media Masjid Istiqlal)