Khutbah Jumat: Menggapai Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan

Jika kita berada pada malam Lailatul Qadar, apa yang paling utama untuk dilakukan? Tentu saja jawabannya adalah sujud dan mendekatkan diri pada Allah subhanahu wata'ala.

Share :
Khutbah Jumat: Menggapai Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan
Berita

Oleh : Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA
(Ketua Baznas RI dan Ketua Umum Yayasan Wahid Hasyim-Semarang)


Jakarta, www.istiqlal.or.id - Ma’asyirah Muslimin, rahimakumullah. Puja dan puji serta syukur, marilah kita panjatkan kepada Allah subhanahu wata'ala yang telah memberikan kita kenikmatan berupa iman, hidayah Islam, dan fisik yang sehat wal afiat sehingga kita dapat melaksanakan shalat Jumat yang penuh berkah ini.

Shalawat dan salam, mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah membawa risalah pencerahan dan kasih sayang bagi segenap alam, juga kita haturkan kepada keluarganya, dan sahabatnya. Melalui itu, kita semua selaku umatnya berharap kelak mendapatkan syafaatnya.

Khatib juga mengajak kita semua untuk dapat terus meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala. Kita harus menjadi orang yang beruntung, yaitu orang yang mampu menjadi lebih baik setiap harinya dengan mempertebal dan memperkuat keimanan dan ketakwaannya.

Sebagai bentuk perwujudan ketakwaan marilah kita memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan, terlebih lagi menggapai satu malam yang sangat istimewa yakni Malam Lailatul Qadar yang memiliki keutamaan yang lebih baik dari 1.000 bulan. Malam ini dimana Allah subhanahu wata'ala memberi ampunan seluas-luasnya bagi hamba-Nya dan memberikan pintu rahmat kepada Hamba-Nya yang bermunajat kepada-Nya dalam menanti malam yang sangat istimewa ini.

Ma’asyirah Muslimin, rahimakumullah. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang mulia yang disediakan hanya 1x dalam setahun oleh Allah subhanahu wata'ala. Bulan ini dimana al-Qur’an diturunkan kepada seluruh manusia untuk menjadi panduan dan pedoman hidup. Salah satu pembeda bulan Ramadhan ini dengan bulan yang lain yaitu umat muslim senantiasa membaca, merenungkan dan mengamalkan isi dari al-Qur’an yang mulia ini. Bulan ini dimana Allah subhanahu wata'ala memberikan fasilitas istimewa bahwasanya dengan membaca satu huruf al-Qur’an di bulan mulia ini akan dilipatgandakan amalnya hingga sepuluh amalan. Allah subhanahu wata'ala juga berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur."

Ma’asyirah Muslimin, rahimakumullah. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Ramadhan adalah Syahrul Quran, bulan diturunkannya al-Quran. Penjelasan mengenai turunnya Quran itu disebutkan dalam surah alQadar. Allah subhanahu wata'ala mengawali surat al-Qadar ini dengan Inna Anzalnahu Fi Lailatul Qadar; “Sesungguhnya Kami turunkan al-Qur’an itu pada malam kemuliaan”, lantas ditutup dan diakhiri dengan, Salamun Hiya Hatta Mathla'il Fajr; “Pada malam itu diliputi kesejahteraan hingga fajar menyingsing”.

Apabila kita perhatikan awal dan akhir surah al-Qadar ini, kita dapat menemukan satu isyarat mengenai adanya korelasi dan interkoneksi antara awal surah dengan akhirnya. Seolah-olah Allah subhanahu wata'ala sedang memberi pesan kepada kita sebagaimana Ia membuka dengan menurunkan al-Qur’an, maka Ia akan menutupinya dengan kesejahteraan dan kesentausaan. Seolah-olah Allah subhanahu wata'ala ingin memberi pesan kepada kita, siapapun yang ingin mendapatkan kesejahteraan maka hendaknya memulainya dengan al-Qur’an.

Seolah-olah Allah subhanahu wata'ala ingin memberi pesan kepada kita bahwa barangsiapa yang memulakan segala sesuatunya dengan al-Qur’an, maka dia pasti akan menutup lembaran kehidupannya dengan Salamun, kesejahteraan, kesentosaan dan kebahagiaan. Siapapun yang memuliakan apapun dengan al-Qur’an, maka pasti dia akan selamat dan sentosa. Di malam turunnya al-Qur’an ini, terdapat satu peristiwa yang sangat istimewa.

Bagaimana mungkin malam itu tidak disebut sebagai malam yang penuh dengan keistimewaan, sampai keistimewaannya melebihi 1000 bulan, sementara pada malam itu semua makhluk-makhluk mulia turun dari langit. Bahkan bukan sekedar itu, Allah subhanahu wata'ala yang Maha Muliapun hadir.

Jika di sepertiga malam saja, Allah subhanahu wata'ala turun memberi ampunan, mengabulkan permintaan dan mengiyakan permohonan, maka pada malam Lailatul Qadar ini lebih spesial karena Allah subhanahu wata'ala dan juga malaikat-malaikat berbondong-bondong turun ke muka bumi.

Ma’asyirah Muslimin, rahimakumullah. Mungkin sebagian dari kita bertanya, kapan kah malam istimewa itu akan hadir? Dari nash-nash keterangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maupun pendapat para ulama, dapatlah kita menyimpulkan yang paling kuat di 10 hari terakhir. Seperti yang tertuang pada hadits berikut:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya : “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan” (HR. Bukhari).

Jika 10 malam terakhir itu diperas lagi, maka itu terjadi pada malam-malam ganjil yang meliputi malam ke 21, 23, 25, 27 dan 29. Seperti yang tertuang pada hadits:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya : “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan” (HR. Bukhari).

Lalu jika kita berada pada malam Lailatul Qadar, apa yang paling utama untuk dilakukan? Tentu saja jawabannya adalah sujud dan mendekatkan diri pada Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana yang disebutkan pada Quran Surat al-Alaq ayat terakhir. Sangat menarik bagi kita untuk membahas hubungan antara Quran Surat al-Alaq dengan Quran Surat al-Qadar. Kalau kita perhatikan di dalam mushaf kita, maka surat al-Qadar terletak setelah surah alAlaq dan terletak sebelum surah al-Bayyinah. Mari kita lihat dan perhatikan susunan kedua surah ini dengan seksama sebagaimana panduan Ilmu Munasabah dalam Ulumul Qur’an.

Jika di awal surah al-Alaq Allah subhanahu wata'ala memulakan surah ini dengan Iqra dan diawal surat al-Qadar memulakan dengan innā anzalnāhu fī lailatil-qadr seolah Allah subhanahu wata'ala sedang ingin memberi pesan kepada kita bahwa yang harus kita baca adalah apa yang Allah subhanahu wata'ala turunkan pada malam lailatul qadar yaitu Al-Quran. Jika di awal surah al-Alaq Allah subhanahu wata'ala memulakan dengan Iqra dan mengakhirnya dengan wasjud waqtarib seolah-olah Allah subhanahu wata'ala ingin menekankan kepada kita bahwa orientasi dari proses pembelajaran (qiroah) itu adalah ketundukan melalui sujud dan taqarrub, sehingga Goal Ending dari sebuah ilmu pengetahuan adalah ketaatan.

Selanjutnya, jika kita melihat Quran Surat al-Alaq diakhiri dengan :

كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩ ࣖ

Artinya : "Sekali-kali tidak! Janganlah patuh kepadanya, (tetapi) sujud dan mendekatlah (kepada Allah)." (QS. al-‘Alaq/96: 19).

Dan kemudian Allah subhanahu wata'ala menurunkan firman dalam Quran Surat alQadar :

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (alQuran) pada malam kemuliaan” (QS. al-Qadar/97: 1).

Ayat terakhir Quran Surat al-Alaq bertemu dengan ayat pertama Quran Surat al-Qadar, memberi arti seakan ketika Allah subhanahu wata'ala memerintahkan untuk bersujud dan mendekat kepada Allah subhanahu wata'ala, lalu Allah subhanahu wata'ala mengatakan sesungguhnya ini adalah malam kemuliaan lailatul qadar. Maka, yang paling utama untuk dilakukan dalam malam lailatul qadar adalah sujud dan taqarrub kepada Allah subhanahu wata'ala.

Ma’asyirah Muslimin, rahimakumullah. Lailatul Qadar itu adalah Lailatus Sujud wal Iqtirab, malam Lailatul Qadar adalah malamnya hamba untuk sujud bertaqarrub. Maka barangsiapa yang mengharapkan untuk menggapai malam Lailatul Qadar hendaknya ia mengisinya dengan sujud dan taqarrub kepada Allah subhanahu wata'ala. Bahkan seolah-olah Allah subhanahu wata'ala ingin memberi pesan kepada kita bahwa amalan yang paling mulia ketika terjadi Lailatul Qadar adalah sujud dan taqarrub.

Landasan sujud dan taqarrub pada malam lailatul qadar adalah imanan wa ihtisaban, iman yang kuat dan introspeksi diri dengan penuh rahmat, magfirah, dan ridha Allah subhanahu wata'ala. Perlu kita pastikan di saat kita i’tikaf di malam Lailatul Qadar itu, orientasi kita adalah keimanan dan pengharapan.

Sujud dan taqarrub kita karena iman dan pengharapan. Kita juga melaksanakan birrul walidain, sedekah, ith’aum tha’am, membantu fakir miskin. Semua kebaikan itu masuk dalam kategori iqtirab min Allah; taqarrub kepada Allah subhanahu wata'ala. Mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala. Seluruh amalan kebaikan dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan harus berada pada bingkai keimanan dan pengharapan.

Ma’asyirah Muslimin, rahimakumullah. Dalam menggapai malam yang mulia ini, setiap kita tentu mengisi malam ini dengan beribadah dan bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala dengan khusyuk untuk mencapai keberhasilan yang kita usahakan. Beberapa amalan yang dapat kita optimalkan dalam meraih malam mulia ini yaitu: memaksimalkan dalam membaca al-Qur’an, maksimal dalam shalat malam, maksimal dalam berbuat kebaikan, dan maksimal dalam mengeluarkan zakat, infak, dan shadaqah kita untuk menolong saudara-saudara kita untuk keluar dari garis kemiskinan.

Selain itu, amalan lain yang penting kita maksimalkan bersama adalah membangunkan keluarga kita untuk beribadah secara bersama-sama untuk menghidupkan malam yang mulia ini untuk mencapai keberkahan dari Allah subhanahu wata'ala. (FAJR/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Related Posts: