KH Nasaruddin Umar Mengisi Kajian Syukuri Kebhinekaan di Kemsetneg

"Kalau kita mensyukuri nikmat Allah, lapangkah dada kita untuk berbagi kebahagiaan kepada orang lain," tambah KH Nasaruddin Umar.

Share :
KH Nasaruddin Umar Mengisi Kajian Syukuri Kebhinekaan di Kemsetneg
Berita

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, mengisi  ceramah keagamaan Islam bertema “Mensyukuri Kebinekaan”, di di Lobi Gedung 1, Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Jakarta, Kamis (30/11/2023).

Dalam ceramahnya, KH Nasaruddin Umar menyampaikan konsep dari rasa syukur dan Kebinekaan. Ia menjelaskan makna kata syukur yaitu memberikan apresiasi. "Membagi kebahagiaan kepada orang lain baru bisa disebut syukur," ujarnya di hadapan para jamaah.

Dalam Bahasa Arab, bentuk rasa syukur berarti tamaddah (memuji secara lisan tapi tidak sampai di hati) dan tahmid (memuji dengan lisan dan hati).

"Kalau kita mensyukuri nikmat Allah, lapangkah dada kita untuk berbagi kebahagiaan kepada orang lain," tambah KH Nasaruddin Umar.

KH Nasaruddin Umar juga menyebutkan, bahwasannya kelapangan dada merupakan kunci kebahagiaan. "Merasa puas, bersyukur atas pemberian Allah adalah sendi-sendi kebahagiaan."

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrāhīm [14]:7)

Adapun kebinekaan, disebut sebagai unity in diversity, yakni satu bangunan yang utuh dan ditampilkan dengan banyak entitas, seperti Indonesia yang memiliki satu ibu kota, tapi memiliki banyak provinsi.

KH Nasaruddin Umar juga menjabarkan, bahwasannya falsafah kebhinekaan ialah seperti sikap tidak menyesal saat kita membantu orang lain. "Karena saat kita membantu orang lain, kita membantu diri sendiri. (Hal ini) bukan hanya kepada sesama manusia, tapi juga kepada hewan dan tumbuhan," terangnya.

Dalam ceramahnya, KH Nasaruddin Umar juga mengajak para hadirin untuk bersahabat dengan alam sebagaimana kearifan lokal yang dijaga oleh nenek moyang yaitu dengan 'membaca' tanda alam dan berkomunikasi dengannya.

“Janganlah memandang enteng pandangan tradisional mengenai konsep alam dan benda-benda mati karena semua benda di muka bumi selalu bertasbih kepada Allah SWT," pesan KH Nasaruddin Umar.

"Ketika kita menganggap seluruh di alam ini adalah aku (diri kita), maka alam akan memperlakukan hal yang sama kepada kita," tambahnya.

Diselenggarakan oleh Biro Sumber Daya Manusia (SDM) Kemsetneg, ceramah ini digelar secara hybrid dengan tujuan dapat menjadi sarana pembinaan rohani bagi pejabat atau pegawai di lingkungan Kemensetneg, sekaligus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT serta memberikan pemahaman mengenai rasa syukur yang sesungguhnya. (FAJR/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Tags :

Related Posts: