KH Nasaruddin: Tiru Rasulullah, Jadilah Pemuda yang Kuat dan Amanah
Jadilah seorang pemuda yang kuat dan menjaga amanah. Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam QS. Al-Qashas: 26.
Jakarta, www.istiqlal.or.id - Jadilah seorang pemuda yang kuat dan menjaga amanah. Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam QS. Al-Qashas: 26, artinya sebagai berikut. "Sesunguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya," (QS al-Qashas (28) :26).
Kutipan ayat suci Al-Qur'an di atas menjadi inti dari amanat yang disampaikan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, saat menghadiri Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PRIMA DMI 2021), di Masjid Istiqlal, Jumat (10/12/2021).
"Sesungguhnya yang paling pantas untuk dipekerjakan adalah orang yang terpercaya (menjaga amanah) dan kuat," ujar KH Nasaruddin.
"Al-amin tanpa Al-Qowiyyu tidak menjanjikan begitupun sebaliknya." Hal itu dapat disampaikan karena antara kejujuran dan kekuatan dapat menimbulkan sinergi, sehingga bisa membentuk suatu kekuatan bagi pemuda dalam memimpin organisasi, ataupun berperan di barisan dakwah.
"Sinergi antara Al-amin dan Al-Qowiyyu akan menjanjikan. (Sehingga) 'jadilah' Al-amin dan Al-Qowiyyu, agar memiliki power," pesan KH Nasaruddin.
Imam Besar Masjid Istiqlal juga mengajak para pemuda, pemuda Prima DMI khususnya untuk meniru Rasulullah SAW yang mendapat gelar Al-amin sebelum beliau diangkat menjadi rasul. "Mari kita contoh seorang pemuda yang namanya Muhammad. Beliau sudah mendapat gelar Al-amin saat belum dewasa."
KH Nasaruddin juga memaparkan latar belakang Rasulullah SAW diberi gelar Al-Amin, yaitu saat beliau dimintai pendapatnya terkait pemindahan Hajar Aswad.
Saat itu terjadi banjir besar di Mekkah ketika Rasulullah SAW berusia 35 tahun, sehingga kaum Quraisy bermaksud membangun kembali Kabah yang hancur setelah diterjang banjir. Ketika pembangunan Kabah telah selesai, terjadi perselisihan mengenai pihak yang berhak meletakkan Hajar Aswad.
Semua kabilah bertekad bisa meletakkan Hajar Aswad. Kemudian Abu Umayyah bin Mughiroh sebagai orang tertua di antara semua kabilah menawarkan jalan keluar. "Barangsiapa yang pertama kali masuk melalui pintu as-Shofa maka ialah yang berhak untuk mengambil kebijakan tentang peletakkan Hajar Aswad tersebut," katanya.
Ternyata Allah subhanahu wata'ala menakdirkan orang yang pertama kali memasuki pintu masjid adalah Rasulullah SAW. Ketika melihat Rasulullah SAW, mereka berkata: "Ini adalah al-Amin dan kami ridho terhadap keputusannya."
Mereka pun menjelaskan apa yang terjadi kepada Nabi Muhammad. Kemudian dengan kebijaksanaannya, Nabi Muhammad meminta kain lalu mengangkat Hajar Aswad ke atas kain tersebut dengan tanggannya, untuk setelahnya beliau meminta setiap pemimpin kabilah untuk memegang ujung kain tersebut, dan selanjutnya bersama-sama mengangkatnya menuju tempat Hajar Aswad. Nabi Muhammad mengangkat Hajar Aswad dari kain lalu meletakkannya di tempat semula.
Itulah sosok Al-amin yang bijaksana, sosok tauladan bagi seluruh manusia, Rasulullah SAW. Dari peristiwa di atas juga, KH Nasaruddin berpesan agar menjadi pemuda yang dapat berpikir melampaui zamannya. "Kedepan biasakan diri untuk berpikir yang beragam. (Kalau) macet opsi satu, siap opsi kedua. Loncati masa depan lebih cepat, waktu umur muda, tapi wawasannya sudah dewasa," ungkapnya.
Dengan pesan di atas, KH Nasaruddin berharap agar pemuda DMI bisa jadi tauladan bagi remaja dan pemuda lainnya. "Semoga remaja DMI bisa jadi teladan bagi remaja lainnya."
Berdasarkan pesan yang disampaikan, Ketua Umum PP Prima DMI Ahmad Arafat Aminullah, juga menilai bahwasanya di Indonesia kualitas remaja masjid dalam suatu organisasi memang perlu diperhatikan. "Remaja masjid ini masih termarginalkan, secara kuantitas memenuhi, namun kualitasnya masih belum sempurna, belum profesional di luar keorganisasian, ini tantangan kita."
Arafat juga optimis dapat mengubah potensi pemuda menjadi kekuatan. "Kami ingin terlibat dalam pembinaan remaja masjid secara modern, jadi kita ingin berbicara ke arah kompetensi hard skill dan soft skill, berbicara advokasi, karena tantangan di masa depan akan berbeda dengan 50 tahun ke belakang."
Sehingga sependapat dengan pesan KH Nasaruddin, dengan pemuda masjid dibekali hal-hal yang bermanfaat bagi potensinya dan organisasinya, maka remaja masjid bisa berpikir dan bertindak melampaui zamannya. "Jadi teman-temanpun yang remaja masjid, namanya tetap remaja masjid, tapi aktivitasnya dan pembelajarannya harus ada yang melampaui zaman seperti ucapannya Imam Besar KH Nasaruddin," jelas Arafat.
"Hal-hal yang sudah melampaui zaman itu digitalisasi, era distrubsi. Kami ingin 'mengetuk' karena remaja masjid ini (memiliki) sebuah potensi, tinggal mengubah potensi itu sebagai kekuatan," pungkas Arafat. (FAJR/Humas dan Media Masjid Istiqlal)