Kajian Malam Jumat: Mendalami Bacaan Basmallah, Keistimewaan di Balik Angka 19 dalam Susunan Huruf Basmallah

Ada satu aspek lain dari Al-Qur'an yang menarik perhatian, yaitu keberadaan pola matematis yang tersembunyi di dalamnya. Beberapa cendekiawan dan peneliti telah mempelajari Al-Qur'an secara matematis dan menemukan fenomena yang mengejutkan...

Share :
Kajian Malam Jumat: Mendalami Bacaan Basmallah, Keistimewaan di Balik Angka 19 dalam Susunan Huruf Basmallah
Artikel

Oleh: Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam, memiliki pesan yang begitu luhur dan keindahan yang tak terhingga. Namun, ada satu aspek lain dari Al-Qur'an yang menarik perhatian banyak orang, yaitu keberadaan pola matematis yang tersembunyi di dalamnya. Beberapa cendekiawan dan peneliti telah mempelajari Al-Qur'an secara matematis dan menemukan fenomena yang mengejutkan.

Dalam Al-Qur'an, kata "Allah" disebutkan sebanyak 2.698 kali. Angka ini tidak terjadi secara kebetulan belaka, melainkan memiliki pola matematis yang menarik. Angka 2.698 ternyata bisa dibagi dengan 19 dan menghasilkan angka 142. Begitu juga dengan seluruh kosakata dalam Al-Qur'an, baik itu huruf maupun perkata, dalam beberapa surat di Al-Qur'an dapat dibagi dengan angka 19. Fenomena ini membuat banyak orang terpesona dan kagum terhadap keunikan Al-Qur'an.

Para sarjana matematika mengungkapkan bahwa angka 19 adalah kombinasi angka yang paling berat dalam pembagian. Oleh karena itu, Al-Qur'an menganggapnya sebagai rumusnya sendiri. Dengan demikian, setiap kosakata dalam Al-Qur'an dapat dibagi dengan angka 19. Namun, ketika kita mencopot (memisahkan) "Bismillahirrahmanirrahim" dari Surah Al-Fatihah, pembagian dengan 19 tidak lagi berlaku. Dengan menghilangkan "Bismillahirrahmanirrahim", kata "Ar-Rahman" hanya muncul sebanyak 56 kali dan tidak bisa dibagi dengan 19. Begitu pula dengan kata "Ar-Rahim", jika kita menghilangkan "Bismillahirrahmanirrahim" dari ayat dalam Al-Qur'an, hanya muncul sebanyak 113 kali, yang juga tidak bisa dibagi dengan 19.

Menurut Imam Syafi'i, jika seseorang tidak membaca Surah Al-Fatihah dalam shalatnya, maka shalatnya dianggap tidak sah karena bacaan Al-Fatihah yang tidak lengkap. Selain itu, dengan menghilangkan ayat pertama dari Al-Fatihah, sebenarnya sama dengan dianggap menghilangkan inti dari Al-Qur'an itu sendiri, serta dapat dianggap menghilangkan kitab-kitab suci yang ada sebelumnya. Oleh karena itu, shalatnya pun harus diulang.

Surah Al-Fatihah dianggap sempurna ketika terdiri dari 7 ayat, yang juga dikenal sebagai Saba'ul Matsani dalam Al-Qur'an. Jika ada yang tidak membaca "Bismillahirrahmanirrahim", maka shalatnya dianggap batal.

Sebelum muncul aliran Wahabi, Imam Al-Juhaini (Imamul Haram pertama) pada sekitar tahun 800 M, masih mengikuti ajaran Imam Syafi'i dengan ketat. Namun, ketika aliran Wahabi berkuasa, mereka menghilangkan "Bismillah” dari bacaan Al-Qur'an. Di sisi lain, aliran Maliki tidak menghilangkan bacaan basmallah, namun mereka membacanya dengan suara yang lebih pelan atau menyembunyikannya. Namun, perlu dicatat bahwa ada juga madzhab yang tidak membaca basmallah karena menganggapnya bukan bagian dari ayat pertama Surah Al-Fatihah. Namun, dalam Al-Qur'an saat ini, tulisan basmallah ditetapkan menjadi ayat pertama Surah Al-Fatihah. Jika "Bismillahirrahmanirrahim" dihilangkan, maka ayat pertama tersebut akan terhapus. Maka Allah Subhanahu wa ta'ala menegaskan:

عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَۗ

Artinya: “Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).” (QS. Al-Muddaṡṡir [74]:30)

Maksudnya pembagian dengan angka 19 tidak lagi mungkin, jika "Bismillahirrahmanirrahim" dihilangkan. Jumlah kata "Allah" akan berkurang menjadi 2.697, yang juga tidak bisa dibagi dengan 19. Begitu pula dengan pengurangan kata "Ar-Rahman" dan "Ar-Rahim" menjadi 113, yang juga tidak dapat dibagi dengan 19. Bahkan kata "ismun" dalam Al-Qur'an, yang membentuk "Bismillah", memiliki jumlah yang tepat, yaitu 19. Jadi, dengan menghilangkan "Bismillahirrahmanirrahim" dari Surah Al-Fatihah, hanya terdapat 18 kata, yang berbeda dengan "alayha tis'ata 'asyar" yang berjumlah 19.

Ternyata terbukti bahwa Al-Qur'an disusun dengan menggunakan komposisi angka matematika, yaitu angka 19. Misalnya, terdapat kombinasi huruf seperti "الۤمّۤۚ", "كهيعص", "طٰسۤمّۤ", "يٰسۤ ", dan "عۤسۤقۤ" yang menjadi kode komputer untuk menguji validitas Al-Qur'an. Misalnya, jika kita mengumpulkan kata-kata yang diawali dengan huruf-huruf tersebut dan hasilnya tidak bisa dibagi dengan 19, maka itu menunjukkan bahwa Al-Qur'an tersebut palsu, dan begitu sebaliknya.

Dengan demikian, huruf-huruf muqatta'at di dalam Al-Qur'an menjadi alat kontrol untuk mengukur validitasnya. Kita percaya dengan keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah mustahil buatan manusia. Prof. Dr. Roger Berg (Ahli Linguistik) dari Sorbonne Universite Paris, menyatakan bahwa Al-Qur'an mustahil diciptakan oleh manusia karena pada masa Nabi tidak ada kehadiran komputer. Namun sekarang, dengan menggunakan komputer yang sangat canggih, kebenaran ini telah terbukti, dan inilah yang membuat banyak orang masuk Islam karena terpesona oleh Al-Qur'an.

Basmallah yang muncul dalam Al-Qur'an sebanyak 114 kali, namun ada satu Surah yang tidak memiliki basmallah, yaitu Surah At-Taubah. Jika Surah At-Taubah juga memiliki basmallah, maka jumlah total basmallah akan menjadi 115, yang tidak bisa dibagi dengan 19. Namun, ada satu Surah dalam Al-Qur'an yang memiliki dua kali kemunculan basmallah, yaitu Surah An-Naml. Bismillah muncul di awal surah tersebut, dan kemudian muncul lagi di tengah-tengah surah ketika Nabi Sulaiman membacakannya kepada Ratu Balqis. Seperti yang dikisahkan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala:

اِنَّهٗ مِنْ سُلَيْمٰنَ وَاِنَّهٗ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ۙ  

Artinya: “Sesungguhnya (surat) itu berasal dari Sulaiman yang isinya (berbunyi,) “(Bismillahirrahmanirrahiim) Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (An-Naml [27]:30)

Selain itu, terdapat pula contoh lain yang menunjukkan keunikan matematika dalam Al-Qur'an. Ketika huruf shad dibaca sin pada bacaan بَصْۣطَةً ۚ. Maksudnya adalah huruf shad dalam sebuah kata dibaca sin biasa (sin kecil). Oleh karena itu sebagian mushaf menulis sin kecil di atasnya. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa pembagian dengan angka 19 tetap terjaga.
Berikut contoh bacaan ini oleh Syaikh Muhammad Ayyub di dalam al-Qur'an terdapat di surat al-A’raf ayat 69 ( وَّزَادَكُمْ فِى الْخَلْقِ بَصْۣطَةً ۚ)

Penemuan-penemuan ini telah memperkuat keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Ilahi yang tak tergoyahkan. Profesor Rashad Khalifa, seorang peneliti yang menemukan pola matematis angka 19 dalam Al-Qur'an, telah melibatkan banyak orang dalam mempelajari keajaiban matematika dalam kitab suci ini, dan hal ini telah menyebabkan banyak orang yang terpesona dan akhirnya memeluk agama Islam.

Dalam kesimpulannya, keberadaan pola matematis angka 19 dalam Al-Qur'an merupakan fenomena yang menakjubkan. Pembagian kata "Allah" dan kosakata lainnya dengan angka ini menunjukkan adanya rancangan matematis yang tersembunyi dalam kitab suci ini. Keajaiban ini memberikan keyakinan lebih dalam atas kemurnian dan keaslian Al-Qur'an sebagai firman Allah yang tidak tergantikan. Keunikan ini juga menjadi alat kontrol yang kuat untuk membuktikan keabsahan dan validitas Al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi. (ZSQ/Humas dan Media Masjid Istiqlal)

Tags :

Related Posts: