Hikmah di Balik Bencana
Keteguhan iman seorang hamba terhadap Tuhannya bukan tanpa konsekwensi, sebagaimana Allah mengingatkan hambanya dalam firman-Nya: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak
Oleh : Al-faqir Ahmad Mulyadi
Jakarta, www.istiqlal.or.id - “Apakah kamu merasa aman dari kemungkinan Dia akan membenamkan sebagian daratan bersama kamu atau mengirimkan kerikil, lalu kamu tidak akan mendapati seorang pun sebagai pelindung?” (QS. Al-Isra 17 : 68).
Manusia dituntut untuk senantiasa memikirkan dan menggali rahasia di balik ciptaan Allah seraya dapat mengambil pelajaran dari berbagai kejadian dan peristiwa alam (al-i’tibar).
Mencermati dan mendalami akan firman Allah baik yang tertulis dan yang terhampar, berbagai bencana yang terjadi di muka bumi merupakan hamparan ayat (tanda) kekuasaan Allah untuk dibaca bagi para ulul albab (yang mempunyai akal dan budi). Maka hendaknya banyak mengambil pelajaran dari berbagai ayat Allah baik qauliyah (teks/ firman) dan kauniyah (alam dan fenomenanya) terlebih atas peristiwa bencana alam yang baru-baru ini terjadi di tanah air Indonesia yang kembali berduka dengan peristiwa gempa bumi di Cianjur pada Senin, 21 November 2022 dengan kekuatan 5,6 SR yang berdampak terjadinya longsor dan tercatat ratusan korban jiwa meninggal dunia dan luka, serta ribuan rumah yang rusak.
Dapat diambil pelajaran dan hikmah dari peristiwa gempa yang terjadi dari sisi teologi dan science (pengetahuan). Peristiwa gempa yang terjadi berulang adalah fenomena alam yang memberikan banyak gambaran akan ayatullah dan sunnatullah. Bagaimana Allah menunjukkan kebesaran dan kemaha kuasaanNya atas makhluk-Nya yang lemah dan tidak berdaya. Dan pada sisi lain saat riset mencermati dan meneliti akan sunnatullah dapat memberi sisi positif terhadap penanganan gempa yang terjadi kemudian diharapkan dapat meminimalisir dampak gempa yang bencana yang lebiah besar.
Keteguhan iman seorang hamba terhadap Tuhannya bukan tanpa konsekwensi, sebagaimana Allah mengingatkan hambanya dalam firman-Nya: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji?”. (QS. Al-Ankabut 29 : 2)
Saat ilmu dan iman menyatu pada diri para ulul albab maka aqidah, syariat, dan sunnatullah terjalin secara simbiotik dalam memadu padankan tujuan akhir kemaslahatan yang didapat terhadap pengamatan panjang dalam memetakan peristiwa dan fenomena alam membuahkan gambaran ilmu akan sunnatullah yang terjadi dan memberi arahan positif dalam penanggulangan bencana yang memiliki ruh optimisme dalam penyerahan diri yang totalitas menelurkan banyak ilmu yang bernilai humanisme.
Upaya mengurangi dampak bencana dengan antisipasi dan penanganan yang tepat adalah ikhtiar yang harus selalu dilakukan para peneliti.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam “Orang yang dikehendaki Allah menjadi pribadi yang lebih baik, Allah akan mengujinya terlebih dahulu.” (HR. al-Bukhari no. 5645)
Tentunya perlu diperhatikan peristiwa bencana di suatu daerah yang dialami segolongan orang, merupakan ujian yang akan memberi i’tibar bagi siapapun tidak hanya ditujukan bagi masyarakat yang terdampak.
Namun, ujian juga berlaku bagi mereka yang tidak terdampak atau yang di luar lokasi kejadian. Maka sepatutnya rasa kepedulian sosial dan rasa kemanusiaan menghampiri siapapun yang peduli untuk selalu berbagi kepada saudaranya yang membutuhkan uluran tangannya. Dan mampukah masyarakat sekitar yang tidak terdampak gempa menyisihkan hartanya demi mereka yang terdampak bencana?
Semoga kita dapat mengambil banyak pelajaran dan hikmah dari berbagai peristiwa terlebih dari bencana alam atau musibah yang terjadi. Wa Allahu A’lam.