Hikmah: Hakikat Panjang Umur bagi Seorang Muslim

Nilai umur manusia tidak ditentukan oleh panjang atau pendeknya, melainkan oleh kualitas amal yang diperbuat dalam masa hidupnya.

Share :
Hikmah: Hakikat Panjang Umur bagi Seorang Muslim
Artikel

Oleh : Drs. KH. Dzulfatah Yasin, MA

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Umur yang panjang diisi dengan amalan baik, bukti kualitas hidup. Dalam Al-Quran, Allah subhanahu wata'ala berfirman, "Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah yang mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu)" (QS. Al-An'am [6]: 2).

Umur manusia sepenuhnya ditentukan oleh Allah subhanahu wata'ala. Manusia hanya dapat menerima keputusan Allah subhanahu wata'ala tentang umurnya. Karenanya, manusia tidak mengetahui panjang pendek umurnya. Manusia juga tidak mengetahui sampai kapan ia akan hidup di dunia. Hanya Allah-lah yang mengetahui.

Manusia juga tidak bisa mengurangi atau menambah umurnya. Jika ajalnya telah tiba, maka manusia akan mati walaupun ia berusaha mengundurkannya. Dan, jika ajalnya belum tiba, manusia tetap tidak akan mati walaupun ia berusaha mempercepat kematiannya. Allah SWT menegaskan, “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka jika telah datang waktunya, mereka tidak akan dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya” (QS. Al-A'raf [7]: 34).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang umatnya memohon kematian. Beliau bersabda, ''Janganlah salah seorang di antara kamu sekalian mengharapkan kematian dan jangan pula berdoa agar cepat mati sebelum kematian itu benar-benar datang kepadanya. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kamu sekalian mati, maka terputuslah amalnya. Dan sesungguhnya tidak ada yang dapat menambah umur seorang mukmin kecuali kebaikan yang diperbuatnya." (HR. al-Bukhari).

Umur yang diberikan Allah subhanahu wata'ala kepada manusia adalah amanat yang harus dijaga dengan baik. Karenanya, harus diisi dengan kebaikan-kebaikan dan amal saleh. Nilai umur manusia tidak ditentukan oleh panjang atau pendeknya, melainkan oleh kualitas amal yang diperbuat dalam masa hidupnya.

Dalam pandangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, umur yang panjang pada hakikatnya adalah yang diisi dengan perbuatan baik dan amal saleh. Beliau bersabda, "Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaklah ia berbuat baik kepada kedua orang tua dan menjalin silaturrahim dengan sesama." (HR. Ahmad).

Panjangnya umur seseorang tidak akan bernilai sama sekali jika tidak diisi dengan amal saleh. Bahkan, boleh jadi hanya menjerumuskan ke dalam azab Allah subhanahu wata'ala. Umur panjang yang diisi dengan perbuatan baik dan amal saleh menjadi bukti kualitas hidup manusia di dunia dan meninggikan derajatnya di sisi Allah subhanahu wata'ala.

Ketika ditanya tentang siapa orang yang paling baik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Yaitu orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sedangkan orang yang paling buruk adalah orang yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya" (HR Ahmad).

Setiap Muslim hendaknya menyadari kembali bahwa kematian akan datang tanpa diduga. Kesadaran terhadap hal ini akan memotivasi untuk bersegera mengisi umur di dunia dengan perbuatan baik dan amal saleh. Sebab, umur yang disia-siakan pada akhirnya hanya akan melahirkan penyesalan yang tidak berguna. Semoga kita termasuk orang yang pandai mengisi dan menfaatkan sisa umur dengan hal yang mengundang rahmat dan ridha Allah subhanahu wata'ala, sehingga mati dalam keadaan Husnul khatimah. Wallahu a'lam.

Tags :

Related Posts: