Hikmah: Gempa Bumi Bukan Sekedar Bencana Alam

“Kewajiban ketika terjadi gempa bumi dan lainnya semisal gerhana, angin kuat, banjir, yaitu menyegerakan taubat, merendahkan diri kepada-Nya, meminta afiyah/keselamatan, memperbanyak dzikir dan istighfar/meminta ampun” (Majmu’ Fatawa 150/152-9).

Share :
Hikmah: Gempa Bumi Bukan Sekedar Bencana Alam
Berita

Oleh : Ustadz H. Djamalullail, M.Pd.I

 

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan:

الواجب عنه الز لازل وغيرهـا من الآيات والگسوف والرياح الشديدة والفياضانات البدار بالتوبة إلى الله سبحانه، والضراعة إليه وسؤاله العافية، والإگثار من ذگره واستغفاره

Artinya : “Kewajiban ketika terjadi gempa bumi dan lainnya semisal gerhana, angin kuat, banjir, yaitu menyegerakan taubat, merendahkan diri kepada-Nya, meminta afiyah/keselamatan, memperbanyak dzikir dan istighfar/meminta ampun” (Majmu’ Fatawa 150/152-9).

Gempa bumi merupakan musibah yang umum dialami makhluk di bumi. Sebagai umat muslim sudah sepatutnya percaya bahwa segala yang terjadi adalah atas kehendak Allah subhanahu wata'ala. Gempa bumi pun tercatat dalam beberapa ayat Al-Quran.

Apapun yang terjadi di dunia sudah tercatat dalam Lauh Mahfudz, demikian juga dengan musibah serta takdir yang dialami setiap orang. Sebagai bagian dari keimanan, kita harus percaya bahwa segalanya berasal dari Allah.

Dalam Al-Quran surat Al-Hadid ayat 22, Allah subhanahu wata'ala berfirman:

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ ٢٢

Artinya: "Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah." (QS. Al-Hadid/57: 22)

Gempa bumi merupakan bencana alam yang terjadi atas izin Allah subhanahu wata'ala dan hal ini terjadi bagi manusia. Gempa bumi juga bisa saja terjadi karena ulah tangan manusia yang melalui gejala alam. Hal ini sudah dijelaskan dalam al-Qur’an.

Bencana alam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang menimbulkan kesusahan, kerugian, atau penderitaan yang disebabkan oleh alam. Dalam al-Qur’an bencana disebut dengan kata mushîbah, kata ini berasal dari kata bahasa Arab yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia yang mempunyai dua makna, yakni peristiwa menyedihkan yang menimpa dan kedua adalah malapetaka. Sebenarnya kata mushîbah dalam al-Qur’an memiliki arti yang luas tidak hanya mengacu pada bencana alam, karena kata mushîbah juga digunakan pada skala dan efek yang kecil.

Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir dan gempa bumi, seperti yang terjadi di suatu daerah beberapa hari terakhir ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Ahmad).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Yang pertama kali Allah ciptakan adalah qalam (pena). Lalu Allah berfirman kepadanya: ‘tulislah’, ia menjawab: ‘Wahai Rabbku, apa yang aku harus tulis?’, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya kiamat.‘” (H.R. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Abi Ashim dalam kitabnya As-Sunnah, Al-Ajurri, Ahmad, hadits ini shahih)

Tidaklah terjadi musibah kecuali dengan izin dan kehendak Allah subhanahu wata'ala. Allah subhanahu wata'ala berfirman: “Tidaklah menimpa sebuah musibah kecuali dengan izin Allah” (QS. at-Taghabun/64: 11). Jadi semua yang berjalan di langit dan di bumi ini tidak lepas dari pada kehendak Allah subhanahu wata'ala. Tidak mungkin ada sesuatu yang terjadi di muka bumi yang Allah subhanahu wata'ala tidak kehendaki. Semua berjalan dengan kehendak Allah subhanahu wata'ala dan semua berjalan dengan izin Allah subhanahu wata'ala.

Terjadinya gempa bumi tentu membawa dampak pada alam dan isinya. Banyak korban jiwa atau banyak yang menderita kesakitan. Dan pasti ada kerusakan alam khususnya di daerah yang terjadi gempa bumi. Gempa bumi bukanlah bencana alam yang terjadi begitu saja dengan sendirinya, hal ini sudah kehendak Allah subhanahu wata'ala. Gempa bumi juga merupakan peringatan dari Allah subhanahu wata'ala, bahwa manusia itu tidak berdaya, dan tidak ada pelindung selain Allah subhanahu wata'ala.

Dari gempa bumi ini, manusia diingatkan bahwa ini hanyalah sebagian kecil dari proses maha dahsyat yang bukan menghancurkan daerah tertentu, tetapi seluruh tata surya dan alam semesta, yakni hari kiamat. Gempa bumi juga bisa disebutkan sebagai balasan Allah subhanahu wata'ala atas pelanggaran yang dilakukan manusia terhadap aturan yang telah ditetapkan Allah subhanahu wata'ala.

Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi adalah perbuatan dosa dan maksiat yag dilakukan oleh manusia. Seperti kisah kaum Nabi Luth yang mendapat azab dari Allah subhanahu wata'ala karena dosa mereka.

Bencana alam yang terjadi akibat kesalahan dari manusia yang tidak disengaja, maka itu merupakan ujian bagi manusia. Apabila bencana itu terjadi akibat perilaku manusia yang disengaja, seperti maksiat, zhalim dan tidak beriman secara sengaja, maka bencana itu menjadi siksa bagi manusia. Bencana merupakan peringatan dari Allah subhanahu wata'ala agar manusia kembali mengingat Allah subhanahu wata'ala dan tidak melakukan pelanggaran atas aturan Allah subhanahu wata'ala. Dan bencana alam juga bisa jadi pertolongan dari Allah subhanahu wata'ala untuk manusia, agar tahu bahwa Allah subhanahu wata'ala mencintainya dan untuk mengangkat derajatnya karena kekuatan imannya.

Diantara hikmah bencana alam, yakni:

Pertama, agar yang diberi bencana tahu bahwa Allah subhanahu wata'ala mencintainya, seperti dalam sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: “Setiap kali Allah mencintai sekelompok orang, Allah pasti memberi cobaan kepada mereka” (HR. Tirmidzi).

Kedua, bencana alam terjadi untuk mengangkat derajat manusia yang diberi bencana, seperti sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : “Jika agamanya kuat, maka akan ditambahkan musibahnya” (HR. Tirmidzi).

Ketiga, agar manusia tidak takabbur dan tinggi hati.

Keempat, untuk menumbuhkan solidaritas kolektif.

Tags :

Related Posts: