Empat Dasar Prinsip Kesetaraan Gender dalam Alquran

Seluruh lini persoalan sudah dibahas dalam Islam, misalnya saja ketakwaan, keimanan, dan keadilan. Perihal kesetaraan gender dalam Islam, Allah juga sudah membahas dalam Alquran.

Share :
Empat Dasar Prinsip Kesetaraan Gender dalam Alquran
Artikel

Oleh: Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. 

Jakarta, www.istiqlal.or.id-Islam merupakan agama yang sempurna dalam mensyiarkan kebaikan. Dalam Alquran, Allah Subhanahu wa Ta'ala sudah membahas secara detail, tentang segala hal yang dibutuhkan manusia dalam menjalani kehidupan, baik itu di dunia maupun di akhirat. 

Seluruh lini persoalan sudah dibahas dalam Islam, misalnya saja ketakwaan, keimanan, dan keadilan. Perihal kesetaraan gender dalam Islam, Allah juga sudah membahas dalam Alquran. 

Berikut adalah empat prinsip kesetaraan gender dalam Islam, diantaranya sebagai berikut.

1. Qs. Al Hujurat: 13

Ayat pertama yang disertakan ialah  penjabaran Allah mengenai penciptaan manusia, baik itu laki-laki dan perempuan untuk saling mengenal dan bertakwa.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahamengenal." (Qs. Al Hujurat: 13).

Pada ayat tersebut, kita bisa ketahui bahwa Allah tidak membedakan kedudukan antara perempuan dan laki-laki dalam meraih kemuliaan di sisi-Nya. Bahwasannya kemuliaan memang tidak ada kaitannya dengan perbedaan jenis kelamin, kewarganegaraan, warna kulit. 

2. Qs. Az-Dzariyat:56

Pada ayat ini, Allah subhanahu wa ta'ala menerangkan bahwa penciptaan setiap makhluk di dunia, ialah untuk beribadah. Firman-Nya sebagai berikut.

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (Qs. Az-Dzariyat:56)

Penggunaan kata 'manusia' juga menandakan bahwa Allah tidak membedakan makhluk-Nya melalui perbedaan yang ada. Hukumnya mutlak bagi seluruh manusia, apapun jenis kelamin, suku, atau perbedaan lainnya.

3. Qs. Al-An'am: 165

Selanjutnya, Allah juga menerangkan tugas manusia sebagai khalifah di bumi ini. Dalam penjabaran Qs. Al-An'am: 165, Allah tidak secara langsung mendefinisikan jenis kelamin hamba-Nya yang menjadi khalifah. Allah berfirman yang artinya sebagai berikut.

"Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Qs. Al-An'am: 165)

Dalam ayat ini, Allah hanya memfokuskan hamba-Nya untuk menjalankan tugas sebagaimana mestinya, sebagai seorang khalifah di bumi ini. Adapun tentang siapa yang menjadi seorang pemimpin, Allah memaparkan bahwasannya setiap dari kita adalah pemimpin, dengan embanan tanggung jawabnya masing-masing.

Sebagaimana dalam hadist HR. Bukhari: 4789, artinya sebagai berikut.

"Dari Abdullah, Nabi ﷺ bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya." (HR. Bukhari: 4789).

4. Qs. Ali-Imran: 195

Dalam Qs. Ali-Imran: 195, Allah menerangkan bahwasannya Ia menerima segala amal kebaikan setiap hamba, baik itu laki-laki, ataupun perempuan. Allah berfirman, artinya sebagai berikut.

"Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), 'Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik.'" (Qs. Ali-Imran: 195).

Pada ayat ini, kita dapat memahami bahwasannya Allah Maha Adil lagi Maha Bijaksana, dan Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan kesetaraan gender. Allah memuliakan seluruh hamba-Nya yang beriman dan bertakwa kepada-Nya, tanpa memperhatikan perbedaan yang melekat pada masing-masing darinya.

Sehingga dari paparan empat prinsip kesetaraan gender yang Allah firmankan dalam Alquran tersebut, kita bisa pahami bahwasannya Islam merupakan agama yang sangat toleran, dan Allah begitu memuliakan hamba-Nya yang bertakwa. 

Persoalan terkait ketidaksetaraan gender bukan persoalan agama, melainkan budaya dan penafsiran agama yang kurang tepat, sehingga perempuan menjadi korban. Mulai saat ini, marilah kita lebih bijaksana, dan berhentilah melakukan pendzaliman atas nama agama.


Artikel ditulis bersumber dari tausiahnya dalam Webinar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), dengan tema Kesetaraan Gender dalam Perspektif Agama Islam, di Gedung Sapta Pesona, KemenPPPA, DKI Jakarta.

NF/NKM

Related Posts: